UPDATE Konflik Rusia-Ukraina: Serangan Udara Rusia Hantam Pangkalan Militer Dekat Lviv
Serangan udara Rusia menghantam Pusat Perdamaian dan Keamanan Internasional (IPSC) yakni pangkalan militer besar di dekat kota barat laut Lviv.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Rusia terus melancarkan serangannya di kota-kota di Ukraina.
Terbaru, serangan udara Rusia menghantam Pusat Perdamaian dan Keamanan Internasional (IPSC) di dekat kota barat laut Lviv pada Minggu (13/3/2022) pagi waktu setempat, menurut kantor pers pemerintah daerah Lviv.
Mengutip CNN, IPSC adalah pangkalan militer besar yang mencakup pusat pelatihan untuk tentara, terutama untuk misi penjaga perdamaian.
Menurut data awal, Rusia menembakkan delapan rudal di dekat Lviv, kata pemerintah daerah.
Para pejabat sedang mencari tahu apakah ada korban.
Beberapa ledakan terdengar sesaat sebelum pukul 6 pagi waktu setempat di dekat kota.
Baca juga: Italia Sita Salah Satu Kapal Pesiar Terbesar di Dunia Milik Oligarki Rusia, Bernilai Rp9,9 Triliun
Baca juga: Barat Pasok Senjata ke Ukraina, Rusia Sebut Itu Perburuk Konflik, Ancam Menjadikannya Target
7 Warga Sipil Tewas
Ukraina menyebut pasukan Rusia pada Sabtu (12/3/2022) telah membunuh tujuh warga sipil.
Korban dari serangan tersebut termasuk perempuan dan anak-anak yang mencoba melarikan diri dari pertempuran di dekat Kyiv.
Sementara Prancis mengatakan Presiden Rusia, Vladimir Putin telah menunjukkan bahwa dia tidak siap untuk berdamai, seperti dikutip dari CNA.
Dengan invasi Rusia di minggu ketiga, dinas intelijen Ukraina mengatakan tujuh, termasuk satu anak tewas saat mereka melarikan diri dari desa Peremoha dan bahwa "penjajah memaksa sisa-sisa pasukan untuk kembali".
Pejabat Ukraina kemudian mengatakan konvoi itu tidak melakukan perjalanan di sepanjang "koridor hijau" yang disepakati dengan Rusia ketika diserang pada hari Jumat, mengoreksi pernyataan mereka sebelumnya bahwa itu berada di rute yang ditentukan.
Rusia membantah menargetkan warga sipil sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Moskow menyalahkan Ukraina atas upaya yang gagal untuk mengevakuasi warga sipil dari kota-kota yang dikepung, sebuah tuduhan yang ditolak keras oleh Ukraina dan sekutu Baratnya.