Militer Ukraina Daur Ulang Senjata Rusia untuk Serang Balik Pasukan Putin
Militer Ukraina mendaur ulang senjata Rusia untuk membalas serangan pasukan Vladimir Putin.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
"Semuanya dalam kondisi kerja. Kelihatannya persenjataan lama, tetapi sebenarnya jika Anda menggunakannya dengan benar, itu akan berguna bagi kami untuk waktu yang lama,” tambahnya.
Golovov mengatakan batalionnya juga bertanggung jawab untuk menangkap beberapa peralatan di halaman.
"Kami adalah batalyon pasukan khusus pengintaian dalam yang bekerja di belakang garis musuh," jelasnya.
"Tugas kami adalah menghancurkan persediaan tentara Rusia, di antaranya amunisi, bahan bakar, makanan."
Penyitaan Senjata
Di tikungan, bekas truk bahan bakar tentara Rusia siap untuk dipindahkan dan di bawah penutup selimut kamuflase sebuah pengangkut personel lapis baja yang ditangkap menunggu tugas berikutnya.
Itu adalah mesin tua, berkarat, dan berat era Soviet yang merusak trotoar, ketika anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina memindahkannya, tetapi para prajurit di sini mengatakan mereka akan menggunakannya dengan baik.
Menurut Golovov, kendaraan itu ditangkap oleh unitnya, ketika mereka menyerang kolom Rusia.
"Kami menembak kendaraan pertama, dan ketika meledak, kolom itu berhenti. (Tentara Rusia) melarikan diri dan kami mengambil peralatan militer mereka," katanya.
Golovov dan anak buahnya menilai ini adalah kejadian biasa di medan perang.
"Tentara Rusia ketakutan, kehilangan semangat. Mereka takut berpisah satu sama lain, karena mereka ditembaki dari setiap semak," katanya.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-26, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Baca juga: Presiden Ukraina: Jika Upaya Negosiasi Gagal, Maka Pertempuran Dapat Mengarah ke Perang Dunia Ketiga
Beberapa tentara Rusia pun tampaknya sangat muda dan tidak berpengalaman, kata Golovov
"Kebanyakan dari mereka tidak tahu atau mengerti mengapa mereka ada di sini," katanya.
Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina sebagian besar tidak memiliki pelatihan militer apa pun sebelum invasi Rusia, tetapi mereka mengatakan bahwa mereka siap untuk berperang.