Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mantan Direktur CIA Ungkap Kelemahan Militer Rusia, Sesumbar Sebut Tak Sebanding dengan Kekuatan AS

Pensiunan Jenderal Amerika Serikat (AS) David Petraeus menyebut dirinya tidak terlalu kaget militer Rusia kesulitan dalam serangan ke Ukraina.

Editor: Wahyu Aji
zoom-in Mantan Direktur CIA Ungkap Kelemahan Militer Rusia, Sesumbar Sebut Tak Sebanding dengan Kekuatan AS
AFP
Tentara Ukraina mencari mayat di puing-puing di sekolah militer yang terkena roket Rusia sehari sebelumnya, di Mykolaiv, Ukraina selatan, pada 19 Maret 2022. 

TRIBUNNEWS.COM - Mantan direktur CIA (Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat) mengaku terkejut dengan buruknya profesionalisme militer Rusia.

Pensiunan Jenderal Amerika Serikat (AS) David Petraeus menyebut dirinya tidak terlalu kaget militer Rusia kesulitan dalam serangan ke Ukraina.

David Petraeus adalah mantan direktur CIA yang memimpin Divisi Lintas Udara ke-101 selama Perang di Irak pada 2003, dan memimpin pasukan AS di Afghanistan.

Kepada CNN, Petraeus berbicara tentang bagaimana perlawanan Ukraina yang berkelanjutan telah menghambat rencana Moskwa untuk menduduki wilayah tetangganya dengan mudah.

Menyorot sumber hambatan Rusia, Petraeus mencatat Ukraina telah tanpa henti berupaya melindungi negara mereka.

"Ada banyak alasan untuk kinerja buruk Rusia.”

Menurutnya, militer Rusia harus berperang melawan kekuatan Ukraina yang memiliki tekad tinggi dan cukup terampil.

Baca juga: Presiden Joe Biden Siapkan Pertahanan, Sebut Amerika Serikat Dalam Ancaman Serangan Siber oleh Rusia

Berita Rekomendasi

Pertahanan tetangganya terdiri dari pasukan operasi khusus, pasukan konvensional, pasukan teritorial dan bahkan warga negara.

“Semuanya bertekad untuk tidak membiarkan Rusia mencapai tujuannya," katanya kepada CNN dikutip dari Business Insider pada Minggu (20/3/2022).

"Mereka berjuang untuk kelangsungan hidup nasional mereka, tanah air mereka dan cara hidup mereka, dan mereka memiliki keuntungan lapangan di rumahnya, mengetahui medan dan komunitas."

Petraeus kemudian membongkar kelemahan “operasi militer” Rusia di Ukraina.

“Mereka jelas memiliki standar yang sangat buruk dalam tugas-tugas taktis dasar, seperti melakukan operasi senjata gabungan, yang melibatkan baju besi, infanteri, insinyur, artileri dan mortir,” katanya dalam menggambarkan pasukan Rusia.

Dia menyorot soal buruknya pemeliharaan kendaraan militer dan sistem senjata Rusia.

Banyak dari alutsistanya yang mogok bahkan ditinggalkan begitu saja di Ukraina. Belum lagi kedala dalam pasokan dan logistik.

Selama beberapa dekade, kata dia, sistem Soviet (sekarang sistem Rusia) memiliki satu kekurangan yang bagi militer AS dan Barat justru menjadi kekuatan utama, yakni soal “korps perwira non-aktif yang kuat dan profesional."

Mantan direktur CIA juga membandingkan persenjataan militer Rusia dengan yang digunakan oleh militer AS, yang dinilai tidak sebanding.

Baca juga: Militer Ukraina Tolak Letakkan Senjata, Spanduk di Jalanan Mariupol: Rusia! Selamat Datang di Neraka

"Rusia hanya memiliki peralatan yang relatif tidak mengesankan, mengingat investasi yang seharusnya dilakukan selama sekitar satu dekade terakhir," ujarnya.

Amunisi presisi Rusia juga dinilai tidak akurat, terlihat dari landasan pacu bandara Ukraina yang tidak terputus setelah serangan awalnya. Langkah yang disebut mirip dengan apa yang dilakukan AS setelah invasi 2003 ke Irak.

“Kita juga dapat melihat itu dengan frekuensi serangan Rusia terhadap infrastruktur sipil, seperti rumah sakit di Mariupol, fasilitas medis lainnya, dan pusat pemerintahan di Kharkiv – kecuali jika mereka benar-benar bermaksud untuk mencapai target tersebut, yang jelas akan sangat mengerikan."

Mantan kepala intelijen itu juga mengatakan bahwa kapasitas perang siber Rusia tahun ini tidak mengesankan.

Contohnya, Rusia tidak dapat menjatuhkan sistem komando dan kontrol Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sementara itu terus menggunakan akun media sosialnya untuk berkomunikasi dengan dunia tentang perang di negaranya.

Pensiunan Jenderal AS itu menyimpulkan bawa Rusia meremehkan apa yang diperlukkan untuk dapat mengendalikan Kyiv, hingga mengganti pemerintah Ukraina dengan pemerintah yang akan setia kepada negara mereka.

“Dalam setiap bidang evaluasi, Rusia, mulai dengan penilaian intelijen dan pemahaman mereka tentang medan perang dan musuh mereka, dan kemudian setiap aspek kampanye, hingga operasi unit kecil, terbukti sangat tidak memadai,” katanya.

Dia mengeklaim bahwa sebagian besar penduduk Ukraina juga membenci Rusia, dan kebencian itu semakin dalam dengan setiap serangan terhadap infrastruktur sipil.

“Tidak hanya tidak memenangkan hati dan pikiran (warga Ukraina), Rusia justru tersingkir dari hati dan pikiran mereka. (CNN International/Business Insider/ Tribunnews)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas