Profil Sergei Shoigu, Menteri Pertahanan Rusia yang Menghilang, Sekutu Dekat Putin
Berikut ini profil Sergei Shoigu, Menteri Pertahanan Rusia yang menghilang selama hampir dua minggu.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Keberadaan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, menjadi pertanyaan menyusul laporan ia tak terlihat di depan umum selama hampir dua minggu.
Padahal, ia bertanggung jawab atas invasi Moskow ke Ukraina.
Agentstvo (The Agency), outlet berita investigasi independen Rusia, melaporkan di Telegram sekutu terdekat Presiden Rusia Vladimir Putin ini terakhir kali muncul di televisi pemerintah pada 11 Maret 2022.
Agentstvo, mengutip seorang pejabat yang tak disebutkan namanya, berspekulasi Shoigu mungkin tengah tak sehat dan menderita masalah jantung.
Kendati demikian, outlet berita ini tak bisa mengonfirmasi hal tersebut, sebagaimana dilansir Newsweek.
Baca juga: Rusia Berharap Damai dengan Ukraina, tapi Tegaskan Tak Ada Tawar-Menawar demi Kepentingannya
Baca juga: Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu Menghilang saat Putin Tengah Selidiki Orang-orang Terdekatnya
Nama Shoigu disebutkan di situs Kremlin pada 18 Maret 2022 dalam sebuah artikel tentang pertemuan Putin dengan anggota Dewan Keamanannya untuk membahas invasi ke Ukraina.
Sementara Shoigu dilaporkan hadir dalam pertemuan itu, tak ada gambar atau video dirinya yang dipublikasikan di situs tersebut.
Ia dikatakan tak terlihat bersama Putin sejak dirinya menghadiri pertemuan dengan Presiden Rusia dan Kepala Staf Umum, Valery Gerasimov, di Moskow pada 27 Februari 2022.
Profil Sergei Shoigu
Menurut Wikipedia, Sergei Shoigu yang bernama lengkap Sergei Kuzhugetovich Shoigu, lahir pada 21 Mei 1955.
Shoigu, yang berasal dari wilayah Tuva, tiba di Moskow saat Uni Soviet terpecah.
Kala itu, ia dipercaya mengemban jabatan sebagai Menteri Situasi Darurat, sebagaimana diberitakan FoxNews.
Selama 1990-an hingga 2000-an, ia memperoleh popularitas karena mengunjungi lokasi bencana alam dan pemboman teroris.
Shoigu juga berbicara empat mata dengan warga sipil, yang membuatnya mendapatkan popularitas nasional, menurut Foreign Affairs.