Spesifikasi Drone 'Bunuh Diri' Ukraina yang Diklaim Dapat Runtuhkan Pertahanan Militer Rusia
Meski bukan buatan asli Ukraina, namun alat tempur besutan Amerika Serikat ini diklaim mampu meledakan target secara cepat dan tepat
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
CEO AeroVironment, perusahaan yang memproduksi drone tersebut juga menjelaskan kehadiran drone Kamikaze bagi militer Ukraina diharap mampu membatu mereka dalam memperluas jangkauan serangan untuk menghancurkan pertahanan kendaraan serta unit militer Rusia.
Resimen Azov, Kelompok Ekstremis yang Jadi Benteng Pertahanan Ukraina
Belakangan nama resimen Azov menjadi buah bibir masyarakat dunia terlebih setelah pihaknya dikabarkan berhasil menghancurkan tiga kendaraan lapis baja milik militer Rusia.
Baca juga: Rusia Dapatkan Bukti Pentagon Dukung Laboratorium Biologi Militer di Ukraina
Beredarnya cuplikan video pendek di berbagai platform media sosial yang memperlihatkan kegagahan para resimen Azov yang dikenal sebagai kelompok ekstremis dalam membalas serangan yang dilakukan Rusia.
Berkat keberanian dan ketangguhan dari resimen Azov dalam membantu pasukan pembela Ukraina membuat pasukan ini ditakuti oleh masyarakat dunia.
Melansir dari Aljazeera, Resimen Azov merupakan sukarelawan sayap kanan yang dibentuk pada Mei 2014 oleh organisasi ultranasionalis Patriot Ukraina dan kelompok neo-Nazi Majelis Nasional Sosial (SNA).
Awalnya kehadiran militer ini didanai oleh Igor Kolomoisky, miliarder raja energi sekaligus mantan gubernur wilayah Dnipropetrovs, untuk melawan kelompok separatis pro-Rusia.
Namun pada 2 November 2014, unit tersebut secara resmi diintegrasikan ke dalam Garda Nasional Ukraina yang berada di bawah Kementerian Dalam Negeri, setelah mereka sukses merebut kembali kota pelabuhan strategis Mariupol dari separatis Rusia.
Baca juga: Ada Jejak Militer Inggris Latih Tentara Ukraina di Wilayah Donbass
Tak hanya itu kehadiran resimen di wilayah Ukraina juga membantu pemerintah dan militernya dalam menangkis berbagai serangan Rusia terutama saat adanya perebutan wilayah Crimea pada 2014 silam.
Bahkan kepopuleran dari resimen satu ini berhasil menarik perhatian 900 orang dari seluruh dunia untuk bergabung menjadi anggota sukarelawan sayap kanan resimen ini.
Setelah lama tak menunjukan aksinya, gerakan milisi sayap kanan Azov dikabarkan mulai beriak kembali, terlebih setelah adanya invasi Rusia ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022).
Kehadiran Azov sangat berpengaruh besar bagi kekuatan militer pemerintah Ukraina, tak hanya membantu menyerang Rusia namun Azov juga ikut mencurahkan bantuan dalam berbagai bentuk, seperti menyuplai berbagai kebutuhan perang.
Meski anggota kelompok tersebut dalam beberapa tahun terakhir terlibat dalam rangkaian serangan kekerasan terhadap kaum minoritas Ukraina, namun belakangan ini militer Azov yang dikenal sebagai Milisi Nasional diketahui kerap melakukan patroli di jalanan Ukraina untuk menjaga negaranya dari serangan Rusia.
Bahkan resimen ini juga ikut mempertahankan kota Mariupol yang berpenduduk 500.000 jiwa dari serangan Rusia yang dilakukan beberapa waktu lalu.
Meski banyak yang berspekulasi bahwa ekstremisme sayap kanan berbahaya namun militer Azov membuktikan bahwa pihaknya bisa membangkitkan para pejuang lamanya untuk menjadi benteng pertahanan Ukraina dalam melawan aggressor Rusia.