Mantan Kanselir Jerman: Yang Terjadi di Ukraina Adalah Konsekuensi dari Kegagalan Politik
Situasi di Ukraina saat ini adalah konsekuensi dari kesalahan politik yang dibuat setelah runtuhnya Tembok Berlin.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Tuduhan tersebut pertama kali dilontarkan oleh Mantan Menteri Kebijakan Sosial Ukraina, Lyudmyla Denisova.
Ia mengatakan, ada 402.000 orang, termasuk 84.000 anak-anak, telah dibawa diluar kehendak mereka ke Rusia. Beberapa orang mungkin digunakan sebagai "sandera" untuk menekan Kyiv agar menyerah.
Menanggapi hal ini, Kremlin mengakui jumlah yang hampir sama bagi mereka yang telah dipindahkan.
Tetapi, pihaknya mengatakan, mereka berasal dari wilayah Donetsk dan Luhansk yang sebagian besar berbahasa Rusia di Ukraina timur dan ingin pergi ke Rusia.
Seperti diketahui, saat perang menuju bulan kedua, kedua belah pihak mengalami pukulan berat.
Angkatan Laut Ukraina mengatakan, pihaknya telah menenggelamkan sebuah kapal pendarat besar Rusia di dekat kota pelabuhan Berdyansk yang digunakan untuk membawa kendaraan lapis baja.
Rusia kemudian mengklaim telah merebut kota timur Izyum setelah pertempuran sengit. Di sisi lain, Presiden Zelensky tetap bersikukuh untuk mempertahankan kedaulatan negaranya.
Dalam pidato pada Kamis (24/3/2022), Zelenskyy meminta warga Ukraina untuk terus bergerak menuju perdamaian.
"Dengan setiap hari pertahanan kami, kami semakin dekat dengan kedamaian yang sangat kami butuhkan."
"Kita tidak bisa berhenti bahkan untuk satu menit, karena setiap menit menentukan nasib kita, masa depan kita, apakah kita akan hidup," ujarnya, dikutip dari APNews.
Di bulan pertama invasi Rusia, Zelensky mengatakan, ribuan orang, termasuk 128 anak-anak telah tewas.
"Di seluruh negeri, 230 sekolah dan 155 taman kanak-kanak telah dihancurkan. Kota-kota dan desa-desa yang menjadi abu," katanya.
Garis Waktu Sejarah Politik Ukraina dan Konfliknya dengan Rusia
Diberitakan Tribunnews.com, sejak mendeklarasikan kemerdekaan dari Uni Soviet lebih dari 30 tahun yang lalu, Ukraina mengalami pergolakan politik internal dan konflik dengan Rusia.