Mantan Kanselir Jerman: Yang Terjadi di Ukraina Adalah Konsekuensi dari Kegagalan Politik
Situasi di Ukraina saat ini adalah konsekuensi dari kesalahan politik yang dibuat setelah runtuhnya Tembok Berlin.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Kini, kedua negara itu berperang setelah Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan operasi militer pada 24 Februari 2022.
Berikut linimasa sejarah politik Ukraina seperti dilansir ABC News:
1991: Leonid Kravchuk, pemimpin Republik Soviet Ukraina, mendeklarasikan kemerdekaan dari Moskow.
1994: Leonid Kuchma mengalahkan Kravchuk dalam pemilihan presiden.
1999: Kuchma terpilih kembali dalam pemungutan suara yang penuh dengan skandal.
2004: Kandidat pro-Rusia, Viktor Yanukovich, dinyatakan terpilih menjadi presiden. Tetapi tuduhan kecurangan memicu protes yang disebut 'Revolusi Oranye'. Terjadi pemilihan ulang, hingga akhirnya mantan perdana menteri pro-Barat, Viktor Yuschenko terpilih sebagai presiden.
Polisi Ukraina membawa mayat dari sebuah bangunan perumahan lima lantai yang sebagian runtuh setelah penembakan di Kyiv pada 18 Maret 2022, ketika tentara Rusia mencoba mengepung ibukota Ukraina. (Sergei SUPINSKY / AFP)
2005: Yuschenko mengambil alih kekuasaan dengan janji untuk memimpin Ukraina keluar dari orbit Kremlin, menuju NATO dan Uni Eropa. Dia menunjuk mantan bos perusahaan energi, Yulia Tymoshenko, sebagai perdana menteri tetapi setelah pertempuran di kubu pro-Barat, dia dipecat.
2008: NATO menjanjikan Ukraina akan bisa bergabung dengan aliansi. Presiden Vladimir Putin mengatakan, Moskow menganggap ekspansi NATO ke timur sebagai ancaman langsung ke Rusia.
2010: Yanukovich mengalahkan Tymoshenko dalam pemilihan presiden. Rusia dan Ukraina mencapai kesepakatan harga gas sebagai imbalan untuk memperpanjang sewa untuk angkatan laut Rusia di pelabuhan Laut Hitam Ukraina. Pertempuran pecah di parlemen atas kesepakatan itu.
2013: Pemerintahan Yanukovich menangguhkan pembicaraan perdagangan dan asosiasi dengan Uni Eropa pada November dan memilih untuk menghidupkan kembali hubungan ekonomi dengan Moskow. Hal ini memicu demonstrasi massal selama berbulan-bulan di Kyiv.
2014: Aksi protes di sekitar alun-alun Maidan Kyiv, berubah menjadi kekerasan berujung puluhan pengunjuk rasa tewas.
Februari 2014: Parlemen memilih untuk menghapus Yanukovich, yang melarikan diri. Dalam beberapa hari, orang-orang bersenjata merebut parlemen di wilayah Krimea dan mengibarkan bendera Rusia. Moskow mencaplok wilayah itu setelah referendum 16 Maret yang menunjukkan dukungan luar biasa di Krimea untuk bergabung dengan Federasi Rusia.
April 2014: Separatis pro-Rusia di wilayah timur Donbas mendeklarasikan kemerdekaan. Pertempuran pecah dan berlanjut secara sporadis hingga 2022.