Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu Muncul setelah Sempat Diberitakan Menghilang Hampir 2 Minggu
Media pemerintah Rusia merilis video yang menampilkan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu setelah muncul laporan bahwa ia menghilang.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Media pemerintah Rusia merilis video yang menampilkan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu setelah muncul laporan bahwa ia menghilang selama hampir dua minggu.
Dilansir Newsweek, kantor berita milik negara RIA Novosti menerbitkan video yang menunjukkan Presiden Vladimir Putin berbicara kepada para penasihatnya melalui video conference.
Shoigu muncul di layar di sudut atas.
RIA Novosti mengatakan bahwa pertemuan pada hari Kamis (24/3/2022) itu membahas perang di Ukraina dan sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia.
Video itu dirilis setelah Agentstvo [The Agency], sebuah outlet berita investigasi independen Rusia, melaporkan bahwa Shoigu (66), salah satu sekutu terdekat Vladimir Putin, tidak muncul di depan umum sejak 11 Maret.
Baca juga: Profil Sergei Shoigu, Menteri Pertahanan Rusia yang Menghilang, Sekutu Dekat Putin
Baca juga: Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu Menghilang saat Putin Tengah Selidiki Orang-orang Terdekatnya
Agentstvo juga menuduh bahwa berita yang dikelola negara Rusia menggunakan rekaman lama ketika melaporkan bagaimana Shoigu memberikan penghargaan militer pada 18 Maret.
Sebelum video itu dirilis, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa alasan Shoigu tidak muncul di media seperti biasanya adalah karena dia terlalu sibuk dengan konflik yang sedang berlangsung.
"Menteri Pertahanan sekarang memiliki banyak kekhawatiran, seperti yang Anda pahami. Operasi militer khusus sedang berlangsung," kata Peskov kepada wartawan ketika ditanya tentang Shoigu, lapor RIA Novosti.
"Tentu saja, sekarang bukan waktunya untuk muncul media."
"Ini cukup bisa dimengerti."
Baca juga: Pasukan Chechnya Pro-Rusia Klaim Telah Duduki Balai Kota Mariupol Ukraina
Baca juga: Ukraina Klaim Tentara Rusia yang Tewas Sejak Invasi Hampir 15.800 Orang