Tentara Salvador berpatroli di jalan-jalan setelah deklarasi keadaan darurat pemerintah, di San Salvador, pada 27 Maret 2022. - Anggota parlemen Salvador mengumumkan keadaan darurat atas permintaan Presiden Nayib Bukele, membatasi kebebasan sipil dan memperluas kekuatan polisi sebanyak 30 hari, ketika negara itu menghadapi gelombang pertumpahan darah terkait geng yang telah menewaskan puluhan orang hanya dalam dua hari. Deklarasi tersebut -- disetujui oleh mayoritas besar -- membatasi kebebasan berkumpul, korespondensi dan komunikasi yang tidak dapat diganggu gugat, dan memungkinkan penangkapan tanpa surat perintah. (Photo by MARVIN RECINOS / AFP)
TRIBUNNEWS.COM, EL SAVADOR - Tentara dan polisi melakukan patroli di jalan-jalan setelah parlemen El Savador mengumumkan keadaan darurat terkait aksi geng yang menewaskan 62 orang lebih dalam dua hari.
Keadaan darurat tersebut atas permintaan Presiden Nayib Bukele untuk memperluas keamanan dan kekuatan polisi selama 30 hari.
Dengan keadaan darurat tersebut membatasi kebebasan berkumpul, korespondensi dan komunikasi yang tidak dapat diganggu gugat, dan memungkinkan penangkapan tanpa surat perintah.
Sebelumnya polisi dan militer menangkap beberapa pemimpin geng Mara Salvatrucha (MS-13) atas serentetan pembunuhan.
Geng Mara Salvatrucha dan Barrio-18, antara lain, memiliki sekitar 70.000 anggota di El Salvador, menurut pihak berwenang, dan operasi mereka melibatkan pembunuhan, pemerasan, dan perdagangan narkoba.