Negosiator Ukraina Diminta untuk Tidak Makan Minum Apapun Buntut Laporan Roman Abramovich Diracun
Menteri Luar Negeri Ukraina memperingatkan para perunding perdamaian untuk tidak makan atau minum apapun saat berpartisipasi dalam pembicaraan damai.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Ukraina memperingatkan para perunding perdamaian untuk tidak makan atau minum apapun saat berpartisipasi dalam pembicaraan damai dengan rekan-rekan Rusia di Turki hari ini, Selasa (29/3/2022).
"Saya menyarankan siapa pun yang akan bernegosiasi dengan federasi Rusia untuk tidak makan atau minum apa pun dan sebaiknya, menghindari menyentuh permukaan apa pun," kata menteri luar negeri Dmytro Kuleba dalam sebuah wawancara di televisi nasional.
Dilansir Independent, peringatan itu muncul setelah muncul laporan bahwa pemilik Chelsea FC Roman Abramovich dan negosiator perdamaian Ukraina Rustem Umerov mengalami gejala keracunan.
Keduanya mengalami mata merah serta kulit mengelupas pada tangan dan wajah mereka saat pertemuan awal Maret lalu.
Baca juga: Roman Abramovich Hadiri Pembicaraan Damai Rusia-Ukraina di Turki setelah Muncul Laporan Diracun
Baca juga: Koneksi Internet di Ukraina Masih Tetap Berjalan Meski Mendapat Serangan Bom Rusia, Bagaimana Bisa?
Abramovich bahkan dilaporkan menderita kebutaan sementara selama beberapa jam setelah keracunan, tetapi dengan cepat pulih.
Kini, negosiator Ukraina dan Rusia akan memulai babak baru pembicaraan damai di Turki.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, membuka pembicaraan di Istana Dolmabahce di Istanbul.
Ia mendesak kedua kelompok perunding untuk "mengakhiri tragedi."
Erdogan mengatakan masing-masing pihak memiliki kekhawatiran yang dapat dipahami.
Tetapi ia menambahkan, "Kami sekarang telah memasuki periode di mana hasil nyata diperlukan."
"Demi mencapai solusi yang dapat diterima oleh masyarakat internasional," katanya.
Dmytro Kuleba mengatakan yang setidaknya dia harapkan adalah diakhirinya bencana kemanusiaan di negara itu, dan yang paling penting adalah gencatan senjata.
"Kami tidak memperdagangkan orang, tanah atau kedaulatan," tegasnya.
"Jika kami melihat bahwa suasana berubah dan mereka siap untuk percakapan yang serius, substantif dan pengaturan yang seimbang, maka semuanya akan bergerak maju," kata Kuleba.