PBB Terima Laporan Banyak Kuburan Massal di Mariupol, Total 1.179 Warga Sipil Tewas
Kota Mariupol di wilayah selatan Ukraina menjadi salah satu kota yang merasakan dampak terparah dari invasi Rusia.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, UKRAINA - Kota Mariupol di wilayah selatan Ukraina menjadi salah satu kota yang merasakan dampak terparah dari invasi Rusia.
PBB memperkirakan sudah ada ribuan warga sipil yang tewas dalam sebulan terakhir.
Kepada Reuters, kantor HAM PBB pada Selasa (29/3/2022) telah mengkonfirmasi 1.179 warga sipil tewas dan 1.860 terluka di seluruh Ukraina sejak perang dimulai 24 Februari 2022 lalu.
Kepala kantor HAM PBB Matilda Bogner memperkirakan ada ribuan orang meninggal yang berasal dari kota Mariupol.
"Kami berpikir bahwa mungkin ada ribuan kematian, korban sipil, di Mariupol. Misi tidak memiliki perkiraan yang tepat tetapi sedang bekerja untuk mengumpulkan lebih banyak informasi," kaya Bogner.
Baca juga: Video & Foto Penampakan Kota Mariupol Ukraina Sebelum dan Setelah Diinvasi Rusia, Kini Porak-poranda
Pekan lalu Bogner mengatakan PBB telah menerima lebih banyak informasi tentang kuburan massal di Mariupol, termasuk satu lokasi yang tampaknya menampung 200 mayat.
Namun, Bogner tidak bisa memastikan semua yang ada di kuburan massal adalah korban dari konflik ini.
Sementara itu, jurubicara walikota Mariupol Vadym Boichenko pada hari Senin (28/3/2022) melaporkan sudah hampir 5.000 orang, termasuk sekitar 210 anak-anak, tewas di Mariupol sejak pasukan Rusia mengepung sebulan lalu.
Kantor walikota juga melaporkan bahwa 90% bangunan Mariupol telah rusak dan 40% hancur, termasuk di antaranya adalah fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolah, taman kanak-kanak dan pabrik.
Pejabat setempat pekan lalu memperkirakan ada 300 orang tewas dalam pengeboman di teater Mariupol pada 16 Maret.
Gedung teater tersebut digunakan sebagai berlindung oleh sekitar 900 orang.
Mariupol yang menjadi rumah bagi 400.000 orang, telah menjadi sasaran bombardir pasukan Rusia selama berminggu-minggu.
Warga sipil dilaporkan terjebak di dalam kota dalam kondisi kekurangan makanan dan air, tanpa pasokan listrik, bahkan kekurangan kebutuhan medis karena sejumlah rumah sakit telah hancur.
Klaim Ukraina Beda