Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Presiden Putin dan Kanselir Scholz Rundingkan Pasokan Gas Rusia ke Jerman

Rusia menuntut pembayaran dalam rubel karena fakta pelanggaran hukum internasional dilakukan negara-negara barat.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Presiden Putin dan Kanselir Scholz Rundingkan Pasokan Gas Rusia ke Jerman
MICHELE TANTUSSI / POOL / AFP
Kanselir Jerman Olaf Scholz (kiri) berbicara dengan Menteri Kehakiman Marco Buschmann pada awal pertemuan kabinet keamanan di Kanselir di Berlin, pada 23 Februari 2022. 

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kanselir Jerman Olaf Scholz berbicara melalui telepon pada Rabu (30/3/2022) waktu Moskow.

Mereka membahas permintaan Moskow agar Berlin membayar impor gas Rusia menggunakan rubel, bukan dalam euro atau dolar.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan dengan para pemenang hadiah budaya negara melalui tautan video di kediaman negara Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 25 Maret 2022. Presiden Putin pada 25 Maret mengecam Barat karena mendiskriminasi budaya Rusia, dengan mengatakan hal itu seperti upacara pembakaran buku oleh pendukung Nazi pada tahun 1930-an.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan dengan para pemenang hadiah budaya negara melalui tautan video di kediaman negara Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 25 Maret 2022. Presiden Putin pada 25 Maret mengecam Barat karena mendiskriminasi budaya Rusia, dengan mengatakan hal itu seperti upacara pembakaran buku oleh pendukung Nazi pada tahun 1930-an. (Mikhail KLIMENTYEV / SPUTNIK / AFP)

Menurut versi Jerman, Putin setuju pembayaran akan berlanjut untuk saat ini dalam salah satu dari dua mata uang barat (dolar AS dan euro).

Namun Kremlin selanjutnya akan mengkonversikannya ke mata uang Rusia. Moskow mengklaim Putin menjelaskan segalanya ke Scholz.

Baca juga: Rusia Susun Mekanisme Pembayaran Gas Pakai Rubel, Pebisnis Jerman Kian Resah Uni Eropa Menolak

Baca juga: Ini Berbagai Kemungkinan Jika Rusia Tutup Keran Ekspor Gas ke Eropa

Poin utamanya, Rusia menuntut pembayaran dalam rubel karena faktapelanggaran hukum internasional dilakukan negara-negara barat.

Cadangan devisa Bank Rusia dibekukan negara-negara anggota Uni Eropa, Inggris dan Amerika.

Namun, Putin mengatakan peralihan tidak akan menghasilkan kondisi kontrak yang kurang menguntungkan bagi importir Jerman.

Berita Rekomendasi

Jerman bergantung pada Rusia untuk lebih dari setengah pasokan gasnya, dan sepertiga dari minyak impornya.

Para pemimpin di Berlin kurang antusias dalam memberikan sanksi terhadap energi Rusia dibandingkan beberapa rekan Uni Eropa mereka.

Scholz menggambarkan energi Rusia sebagai "penting" untuk kelangsungan ekonomi Jerman. Menteri Ekonomi Robert Habeck mendesak warga minggu ini untuk mengurangi konsumsi gas dan minyak.

Sementara di Jerman, kantor raksasa energi negara Rusia, Gazprom cabang Jerman, dikabarkan digeledah pejabat Eropa.

Berita ini diwartakan Bloomberg, mengutip sumber yang "ingin tetap anonim." Upaya hokum itu konon dilakukan di tengah penyelidikan peran perusahaan tersebut terkait kenaikan harga gas alam di Eropa.


Pihak berwenang menggeledah kantor anak perusahaan Gazprom di Jerman, Gazprom Germania dan Wingas, yang menurut Bloomberg, menyumbang sekitar 20 persen pasokan gas Jerman.

Publikasi tersebut mencatat Eropa telah bergulat dengan krisis energi sejak musim gugur yang lalu, yang menurut para pejabat, dimulai ketika Gazprom berhenti memesan volume pasokan tambahan.

Sementara pasokan gas di toko-toko UE sudah hampir habis. Saat itu, Gazprom dituduh melakukan "penyalahgunaan kekuasaan."

Pejabat Uni Eropa mengklaim Gazprom sengaja mengurangi pasokan untuk menekan politisi untuk mempercepat peluncuran pipa gas Nord Stream 2 yang dibangun di Rusia menuju Eropa.(Tribunnews.com/Sputniknews/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas