Sejumlah Prajurit Rusia Dilaporkan Hubungi Pengacara karena Tak Ingin Berperang di Ukraina
Dua pengacara mengungkap bahwa beberapa prajurit Rusia mencari bantuan hukum agar tidak dikirim untuk berperang di Ukraina.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
Mereka percaya akan melanggar hukum jika pergi ke luar negeri sebagai kelompok bersenjata.
Namun Reuters tidak dapat memverifikasi cerita ini secara independen.
Menurut dua pengacara ini, para prajurit itu dipecat dan mengajukan gugatan atas hal tersebut.
Namun pada Selasa, hanya tiga dari 12 yang melanjutkan kasusnya, menurut Benyash yang mewakili mereka.
Rusia membentuk Garda Nasional pada tahun 2016 untuk memerangi terorisme dan kejahatan terorganisir.
Kelompok ini telah menindak protes anti-pemerintah yang damai dan pada 2020 disiagakan oleh Presiden Vladimir Putin untuk mengatasi kerusuhan di Belarus.
Pasukan Rusia Sabotase Peralatannya
Kepala dinas mata-mata GCHQ Inggris mengatakan beberapa tentara Rusia menolak untuk melaksanakan perintah.
Jeremy Fleming, kepala GCHQ, menyebut bahwa intelijen melaporkan beberapa tentara Rusia di Ukraina menyabotase peralatannya sendiri.
Bahkan mereka, kata Fleming, menembak jatuh salah satu pesawatnya.
Baca juga: Rusia Mulai Gunakan Bandara Brest di Belarus untuk Serang Ukraina
Baca juga: Inggris Sebut Pasukan Rusia Tolak Laksanakan Perintah dan Sabotase Peralatan Sendiri
"Kami telah melihat tentara Rusia kekurangan senjata dan moral-menolak untuk melaksanakan perintah, menyabotase peralatan mereka sendiri dan bahkan secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat mereka sendiri," kata Fleming dalam pidatonya di Canberra di Australian National University.
"Putin telah salah menilai situasi secara besar-besaran," kata Fleming.
"Kami yakin para penasihat Putin takut untuk mengatakan yang sebenarnya kepadanya," ujarnya, dikutip dari The Guardian.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)