AS Dituding di Balik Demo Akbar Gulingkan PM Pakistan, Gara-gara Dukung China dan Harga Sembako Naik
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menuding Amerika Serikat (AS) bekerja di belakang layar untuk menjatuhkannya.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, PAKISTAN - Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menuding Amerika Serikat (AS) bekerja di belakang layar untuk menjatuhkannya.
Konon hal itu disebabkan oleh ketidaksenangan AS atas pilihan kebijakan luar negerinya yang independen dan lebih condong pada China dan Rusia.
Khan memang terkadang menentang AS dan pernah mengkritik keras perang AS pasca 9/11 untuk melawan teror.
Khan juga mengatakan AS sangat terganggu dengan kunjungannya ke Rusia dan pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 24 Februari lalu, ketika awal dari perang di Ukraina.
Baca juga: PM Pakistan Imran Khan Dilengserkan, Berikut Empat Sosok Oposisi di Baliknya
Seperti diketahui, Perdana Menteri (PM) Pakistan Imran Khan tak terima hendak dilengserkan parlemen melalui mosi tidak percaya.
Setelah beberapa hari terakhir didemo rakyatnya atas kenaikan bahan kebutuhan pokok di negara itu.
Sebelumnya, sang perdana menteri memblokir mosi tidak percaya parlemen dan meminta pemilu dimajukan.
Parlemen Pakistan sendiri telah berencana menggelar voting mosi tidak percaya pada Minggu (3/4/2022) lalu.
Pihak oposisi menyebut sudah mendapatkan 172 suara yang dibutuhkan dari total 342 kursi di parlemen untuk melengserkan Imran.
Mosi diperkirakan disepakati lebih dari setengah anggota parlemen usai sejumlah anggota partai berkuasa yang mendukung Imran serta mitra koalisi, membelot.
Bantah Tuduhan
Departemen Luar Negeri AS telah membantah tuduhannya. Elizabeth Threlkeld, pakar Pakistan di The Stimson Center yang berbasis di AS, mengatakan bahwa bahkan ketika menjabat sebagai perdana menteri, Khan sering memainkan peran sebagai pemimpin oposisi.
"Pemecatannya akan membawanya ke peran yang dia kenal dengan baik, dipersenjatai dengan narasi korban dari klaim tidak berdasar atas campur tangan internasional," katanya.
"Pendukungnya akan tetap setia, meskipun saya berharap upaya kontroversialnya untuk tetap berkuasa akan berkurang,” ujar Threlkeld seperti dikutip dari The Associated Press.