Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pejabat AS Terus Pantau Kemungkinan Rusia Menggunakan Senjata Kimia di Ukraina

Para pejabat Amerika Serikat (AS) tetap khawatir tentang potensi kemungkinan Rusia melakukan serangan yang melibatkan zat kimia.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Pejabat AS Terus Pantau Kemungkinan Rusia Menggunakan Senjata Kimia di Ukraina
AFP/GENYA SAVILOV
Seorang prajurit Ukraina berjaga di jalan di samping sebuah bangunan yang rusak di kota Borodianka, barat laut Kyiv, pada 6 April 2022, selama invasi militer Rusia diluncurkan ke Ukraina. - Mundurnya Rusia minggu lalu telah meninggalkan petunjuk tentang pertempuran yang dilancarkan untuk menguasai Borodianka, hanya 50 kilometer (30 mil) barat laut ibukota Ukraina, Kyiv. (Photo by Genya SAVILOV / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Sekretaris Pers Pentagon John Kirby mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin kemarin bahwa Pentagon belum dapat mengkonfirmasi laporan yang menyatakan pasukan Rusia telah menggunakan senjata kimia di Mariupol, Ukraina.

Namun para pejabat Amerika Serikat (AS) tetap khawatir tentang potensi kemungkinan Rusia melakukan serangan yang melibatkan zat kimia.

"Laporan ini, jika benar, sangat memprihatinkan dan mencerminkan kekhawatiran yang kami miliki tentang potensi Rusia untuk menggunakan berbagai agen pengendalian kerusuhan, termasuk gas air mata yang dicampur dengan bahan kimia di Ukraina," kata Kirby.

Dikutip dari laman Ukrinform, Selasa (12/4/2022), menurut Kirby, Pentagon akan memantau situasi ini secara cermat.

Sementara itu sebelumnya, pendiri Resimen Azov, Andriy Biletsky mengatakan bahwa pasukan Rusia di Mariupol menggunakan zat beracun yang tidak diketahui asalnya, yang dijatuhkan dari UAV.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi nasional negara itu pada 24 Februari lalu bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para Kepala Republik Donbass, ia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus ke Ukraina.

BERITA REKOMENDASI

Operasi ini dilakukan untuk melindungi orang-orang 'yang telah mengalami pelecehan dan genosida oleh rezim Ukraina selama 8 tahun'.

Baca juga: Ukraina Sebut Rusia Pakai Serangan Kimia di Mariupol, 3 Orang Keracunan

Kendati demikian, pemimpin Rusia itu menekankan bahwa negaranya tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina.

Ia juga menekankan operasi tersebut ditujukan untuk 'denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina'.

Sementara itu, negara Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia karena melakukan invasi ke Ukraina.

Penerapan sanksi ditujukan terhadap badan hukum maupun individu swasta Rusia.


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas