Zelensky Sebut Invasi Rusia Tak Masuk Akal, Sama Saja Seperti Bunuh Diri
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut invasi Rusia sebagai hal yang tak masuk akal.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Sedikitnya 503 warga sipil, termasuk 24 anak-anak di wilayah Kharkiv, timur Ukraina, tewas sejak Rusia melancarkan invasi pada 24 Februari, kata gubernur lokal wilayah itu.
Baca juga: Papan Informasi Berbahasa Rusia di Stasiun Kereta Api Dikritik Warga Jepang
Baca juga: China Tolak Seruan AS yang Minta Beijing Bujuk Rusia untuk Akhiri Perang Ukraina
"Ini adalah penduduk sipil yang tidak bersalah, kami tidak akan memaafkan mereka seumur hidup!" Oleg Synegubov menulis di Telegram, masih dari The Guardian.
Synegubov mengatakan Rusia mencoba mengacaukan populasi Kharkiv karena tak ada infrastruktur militer.
"Ini adalah wilayah yang damai secara eksklusif di mana tidak ada infrastruktur militer," katanya, dilansir CNN.
"Jadi musuh mencoba untuk mengacaukan populasi kita, pada kenyataannya menimbulkan pukulan yang membuat warga sipil menderita."
Titik terberat di wilayah itu, kata Synegubov, berada di arah Izium, di mana para pejabat Ukraina mengatakan pasukan Rusia berusaha maju menuju Donbas timur.
"Permusuhan aktif sedang terjadi, dan angkatan bersenjata kami menahan musuh sehingga mereka tidak akan dapat mengangkut peralatan mereka ke wilayah Luhansk dan Donetsk," katanya.
Syniehubov mengatakan pihak berwenang berusaha melakukan "evakuasi terorganisir" di Barvinkove dan Lozova, dua kota di selatan wilayah Kharkiv.
Kharkiv, kota kedua Ukraina dengan populasi sebelum perang sekitar 1,5 juta, terletak sekitar 40 km (25 mil) dari perbatasan Rusia.
Kota ini telah menjadi target utama pasukan invasi Moskow, yang telah menghancurkannya dengan pemboman, tetapi gagal merebutnya.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-50, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Baca juga: 1.000 Marinir Ukraina Menyerah ke Tentara Rusia Setelah Dikepung di Kota Mariupol
AS Kirim Artileri ke Ukraina
Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya sejak invasi Rusia dimulai, memberikan senjata berkekuatan tinggi kepada Ukraina.
Padahal, menurut laporan CNN, senjata berat ini oleh beberapa pejabat pemerintah AS sempat dipandang terlalu berisiko memicu eskalasi jika dikirim ke Kyiv.
Daftar bantuan senjata senilai $800 juta itu tidak hanya didorong permintaan langsung Ukraina, tetapi juga untuk mempersiapkan pertarungan baru di dataran terbuka wilayah tenggara Ukraina.