Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Beda dengan Invasi Rusia ke Ukraina, Mengapa Amerika Tidak Mengutuk Serangan Israel ke Palestina?

Namun tidak demikian halnya negara-negara barat Amerika Serikat dan sekutunya yang tidak ikut membela Palestina?

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Beda dengan Invasi Rusia ke Ukraina, Mengapa Amerika Tidak Mengutuk Serangan Israel ke Palestina?
AFP/HAZEM BADER
Pasukan keamanan Israel melumpuhkan seorang pria Palestina di pintu masuk kompleks masjid al-Aqsa ketika orang lain dicegah masuk, pada 15 April 2022. - Lebih dari 100 orang terluka hari ini dalam bentrokan antara demonstran Palestina dan polisi Israel di Al- Kompleks masjid Aqsa, dalam kekerasan baru saat festival Yahudi dan Kristen tumpang tindih dengan Ramadhan. (Photo by HAZEM BADER / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, RUSIA -  Pekan ini aparat Israel mengintensifkan serangan ke warga sipil Palestina.

Dilansir Aljazeera, polisi Israel menyerang kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang menyebabkan sedikitnya 152 warga Palestina terluka dan ditahan.

Penjaga Masjidil Aqsa mengatakan polisi Israel mulai berlaku sebelum fajar pada Jumat  ketika ribuan jemaah berkumpul di masjid untuk salat subuh.

Serangan Israel ke wilayah berdaulat Palestina itu mendapatkan kecaman dari sejumlah negara,

Arab Saudi, Malaysia, Pakistan dan sejumlah negara mengecam serangan Israel itu.

Pakistan menyebut bahwa serangan itu adalah pelanggaran berat terhadap norma kemanusiaan dan hukum hak asasi manusia selama bulan suci Ramadan.

Baca juga: Polisi Israel dan Warga Palestina Bentrok di Masjid Al-Aqsa, Puluhan Orang Terluka

Namun tidak demikian halnya negara-negara barat Amerika Serikat dan sekutunya yang tidak ikut membela Palestina?

Berita Rekomendasi

Rusia Ikut Mengutuk Tindakan Israel

Rusia mengecam Israel atas pendudukan Tepi Barat dan blokade di Jalur Gaza.

Dikatakan bahwa tindakan Israel itu didukung oleh Amerika Serikat (AS).

“Perlu dicatat bahwa pendudukan terlama setelah sejarah perang dunia, dilakukan dengan kerja sama diam-diam oleh negara-negara terkemuka dukungan Amerika Serikat,” kata pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia dikutip dari Middle East Eye.

Diduga karena dukungan Amerika itulah sehingga tidak berani mengecam aksi Israel.

Beda dengan sikap Amerika saat Rusia melakukan invasi militer ke Ukraina.

Pada kesempatan itu, Rusia juga  mengutuk Israel karena melakukan tindakan anti-Rusia, setelah ikut memberi voting menangguhkan keanggotaan Moskow di Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB pekan lalu.

Kementerian Luar Negeri Rusia bahkan menuduh Israel gunakan penyerangan Rusia ke Ukraina sebagai pengalihan masalah Palestina.

Mereka juga menegaskan pernyataan Lapid tersebut sangat disesalkan.

“Kami telah membuat catatan terkait pernyataan agresif Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid,” bunyi pernyataan Kemenlu Rusia.

“Pernyataan Kementerian Luar Negeri menimbulkan penyesalan dan penolakan. Adanya usaha kamuflase mencoba memanfaatkan situasi di Ukraina untuk mengalihkan perhatian komunitas internasional dari konflik lama yang tak terselesaikan, yaitu Palestina dan Israel,” katanya.

Pada awal bulan ini, Dewan Jenderal PBB menangguhkan keanggotaan Rusia dari Dewan HAM PBB atas laporan pelanggaran dan penyalahgunaan hak asasi manusia yang sistematis dan mengerikan di Ukraina.

Menurut Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid, pembunuhan dari warga sipil yang tak bersalah menjadi alasan Israel memilih untuk menangguhkan Rusia dari Dewan HAM PBB.

Standar Ganda Barat

Sikap Barat yakni Amerika dan sekutunya itu juga pernah dikritik oleh Pemerintah China.

Saat menyikapi serangan Rusia ke Ukraina beberapa waktu lalu, pemerintah China pada  Senin (28/3/2022) mengatakan Barat menerapkan "standar ganda" dengan memenuhi hak asasi pengungsi perang Rusia-Ukraina tetapi mengabaikan para pengungsi dari Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin.

“Saya ingin menekankan komunitas internasional seharusnya tidak mengadopsi standar ganda pada masalah Palestina dan isu-isu panas internasional dan regional lainnya,” kata juru bicara kementerian luar negeri China Wang Wenbin pada konferensi pers di Beijing, Senin  (29/3/2022) seperti dilaporkan Anadolu.

Wang mengomentari pernyataan Presiden Palestina Mahmoud Abbas usai bertemu Menlu Amerika Serikat Antony Blinken hari Minggu, (27/3/2022) bahwa insiden terbaru di Eropa membuktikan "ada standar ganda yang diberlakukan secara mencolok di seluruh dunia."

“Pertanyaan Palestina tidak boleh dipinggirkan atau dilupakan, dan ketidakadilan yang berlangsung selama lebih dari 50 tahun tidak boleh berlanjut,” kata Wang.

Mengacu pada “tiga proposal spesifik” Beijing untuk menerapkan solusi dua negara dalam konflik Palestina-Israel, dia mengatakan, “China akan terus berdiri teguh dengan rakyat Palestina.”

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas