Pasukan Rusia Rebut Kota Pertama dalam Pertempuran di Donbass, 200 Orang Diperkirakan Tewas
Pasukan Rusia berhasil merebut kota pertama yakni Kreminna di Donbass, Ukraina Timur.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Pravitri Retno W
"Kerabat saya mengatakan (pada hari Senin) bahwa ada pesawat dan helikopter Rusia terbang di atas kota," kata Stetsenko.
"Mereka mengatakan bahwa (Rusia) menggunakan setiap jenis alat berat seperti peluncur roket, tank."
"Sampai kemarin, mereka berada di pinggiran kota dan terjadi pertempuran jalanan. (Rusia) takut datang ke kota karena ranjau darat," tambah Stetsenko.
Sebelumnya, ia memperkirakan ada sekitar 3.500 penduduk yang tersisa di kota itu.
Soal Potensi Putin Gunakan Senjata Nuklir
Sementara itu, Mantan Duta Besar Inggris untuk Rusia, Sir Tony Brenton, juga turut memberikan pandangannya terhadap serangan fase kedua Rusia di Donbass.
Ia mengatakan, perang di Ukraina di fase kedua berada pada "fase yang menentukan".
Menurutnya, penggunaan senjata nuklir oleh Rusia tidak dapat dikesampingkan sepenuhnya.
Sir Tony mengatakan, jika pasukan Rusia berhasil di wilayah Donbas, maka akan memberi mereka "taktik negosiasi besar" untuk digunakan dalam negosiasi di masa depan atau bisa jadi kembali ke wilayah Ibu Kota Kyiv.
"Namun, yang lebih mungkin adalah pertempuran akan "macet" dan kedua belah pihak akan berada dalam perang gesekan yang panjang," kata mantan duta besar itu.
Baca juga: Zelensky Optimis akan Menang Melawan Kekuatan Militer Putin: Saya Tak Percaya Kepemimpinan Rusia
Mengingat pengalaman sebelumnya dengan Presiden Putin, Sir Tony pun menyebut sosok pemimpin Rusia itu sangat mampu, fokus, dan tidak terlalu baik dalam membuat Rusia lebih hebat lagi.
"(Putin adalah) seorang pria yang mengambil risiko, tetapi memperhitungkan dengan sangat hati-hati sebelum mengambilnya."
"Sangat jelas bahwa Putin yang kita hadapi sekarang dalam beberapa hal berbeda secara signifikan. Dia telah mengambil risiko besar dari perang ini," tuturnya.
Sir Tony melanjutkan, Putin mungkin telah merenung selama isolasi di tengah pandemi COVID tentang Ukraina.