Bertemu Putin 3 Februari Lalu, Pemimpin Chechnya Diduga Terima Rencana Bunuh Pemimpin Ukraina
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov dikabarkan menerima rencana untuk membunuh para pemimpin tertinggi Ukraina pada 3 Februari lalu, selama pertemuannya
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, GROZNY - Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov dikabarkan menerima rencana untuk membunuh para pemimpin tertinggi Ukraina pada 3 Februari lalu, selama pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dugaan ini disampaikan Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, Oleksiy Danilov.
Dikutip dari laman Ukrinform, Kamis (21/4/2022), menurutnya, rencana untuk 'melikuidasi' Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy disepakati pada pertemuan itu, dan Kadyrov berjanji unit Chechnya akan menyelesaikan misi tersebut.
"Intelijen kami melacak proses ini," kata Danilov.
Danilov mengatakan bahwa ada 3 kelompok yang dikerahkan di Ukraina pada 26 Februari lalu.
Mereka membutuhkan waktu dua hari dari awal invasi skala penuh pada 24 Februari untuk dikerahkan, karena mereka diyakini telah menunggu 'koridor hijau' untuk sampai ke kantor pusat pemerintah di Kiev secara aman.
Baca juga: Ukraina Sebut Rusia Telah Kuasai 80 Persen Wilayah Luhansk
"Kami memantau ketiga kelompok tersebut, salah satunya dieliminasi oleh militer kami. dua lainnya kemudian ditarik keluar dari negara kami. Satu sekarang berada di wilayah Donetsk, yang lain di kota Mariupol, namun mereka tidak berada di garis depan. Mereka ada di baris ketiga atau keempat, di mana itu benar-benar aman," jelas Danilov.
Ia juga mencatat bahwa dirinya tidak mengetahui keberadaan Kadyrov saat ini.
"Saya dapat mengatakan secara pasti bahwa ia belum pernah ke sini. Semua foto-foto palsu yang menganggap ia berada di zona perang adalah omong kosong semuanya," tegas Danilov.
Sebelumnya pada 24 Februari lalu, Federasi Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina.
Sejak saat itu, pasukan Rusia telah menembaki dan membombardir kota-kota dan desa-desa di Ukraina, menyiksa dan membunuh warga sipil di luar proses hukum.