Ingin Lindungi Tentara Rusia, Putin Batalkan Serangan di Pabrik Baja Mariupol dan Pilih Blokade
Vladimir Putin memerintahkan militer Rusia membatalkan rencana menyerbu pabrik Azovstal di Mariupol dan memilih blokade pabrik baja tersebut.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin memerintahkan militernya untuk membatalkan rencana menyerbu pabrik Azovstal di kota pelabuhan Mariupol, Ukraina, Kamis (21/4/2022).
Putin mengatakan, ingin pabrik itu terus diblokade secara tertutup.
Presiden Rusia memberi perintah pembatalan penyerbuan tersebut kepada Sergei Shoigu, menteri pertahanannya.
Sebelumnya, Shoigu mengatakan kepada Putin bahwa lebih dari 2.000 pejuang Ukraina masih bersembunyi di pabrik besar itu.
"Saya menganggap usulan penyerbuan zona industri tidak perlu," kata Putin kepada Shoigu, sebagaimana dilansir CNA.
"Aku memerintahkanmu untuk membatalkannya."
Baca juga: Ukraina Sebut Rusia Telah Kuasai 80 Persen Wilayah Luhansk
Baca juga: Rusia Uji Coba Rudal yang Diklaim Terkuat di Dunia, Dijuluki Setan 2 oleh NATO, Seberapa Bahayakah?
Putin mengatakan keputusannya untuk tidak menyerbu pabrik Azovstal dimotivasi oleh keinginan untuk melindungi nyawa tentara Rusia.
"Tidak perlu naik ke katakombe ini dan merangkak di bawah tanah melalui fasilitas industri ini," katanya.
"Blokir kawasan industri ini sehingga lalat tidak bisa lewat."
Putin juga meminta pejuang Ukraina yang tersisa di Azovstal yang belum menyerah, mengatakan Rusia akan memperlakukan mereka dengan hormat dan akan memberikan bantuan medis kepada mereka yang terluka.
Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya operasi khusus untuk menurunkan kemampuan militer tetangga selatannya dan membasmi orang-orang yang disebutnya nasionalis berbahaya.
Pasukan Ukraina telah melakukan perlawanan keras dan Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia dalam upaya untuk memaksanya menarik pasukannya.
80 Persen Luhansk Dikuasai Rusia
Ukraina mengatakan pasukan Rusia telah menguasai 80 persen Luhansk, salah satu dari dua wilayah Donbas timur.