Mantan Kanselir Gerhard Schroeder Ingatkan Jerman Sangat Butuh Rusia
Gerhard Schroeder memiliki kedekatan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Di eranya hubungan Jerman dan Rusia sangat kuat di politik maupun ekonomi.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder menegaskan Jerman membutuhkan pasokan energi Rusia yang besar untuk mempertahankan kekuatan industrinya.
Pernyataan Schroeder muncul dalam wawancara dengan The New York Times, Sabtu (23/4/2022). Tokoh Jerman ini tidak disukai Sebagian elite karena dianggap sangat dekat dengan Moskow.
Mantan kanselir negara itu menginisiasi mega proyek pembangunan jaringan pipa gas Nord Stream pertama dari Rusia, dan menyarankan untuk terus dilanjutkan demi industry Jerman.
Schroeder, yang secara pribadi tetap dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, menghadapi kritik pedas di dalam negeri atas perannya dalam mendorong ketergantungan Jerman pada gas Rusia.
Penggantinya, Angela Merkel, melanjutkan kebijakan endahulunya, dan menolak mengurangi ketergantungan gas dari Rusia untuk negaranya.
Baca juga: Inflasi di Jerman Menggila, Tembus Rekor Baru 7,3 Persen, Tertinggi Sejak 1949
Baca juga: Pengusaha Jerman Kompak Tolak Perintah Uni Eropa untuk Boikot Gas Rusia
Baca juga: Selamatkan Negara dari Jurang Resesi, Jerman Lanjutkan Impor Gas dari Rusia
Tim sepak bola favoritnya, Borussia Dortmund, menuntut Schroeder mengutuk Vladimir Putin. Rekan-rekannya di Partai Sosial Demokrat juga mengecam Schroeder.
Ia bahkan didesak melepaskan kewarganegaraan kehormatannya di kota kelahirannya Hannover, sebelum kota itu mencabutnya.
Mantan pemimpin Jerman terakhir yang kewarganegaraan kehormatannya di Hannover dicabut adalah Adolf Hitler.
Namun, Schroeder menegaskan Rusia dan Jerman saling membutuhkan.
“Mereka membutuhkan dana dari minyak dan gas untuk anggaran mereka. Kita butuh minyak dan gas untuk memanaskan industry dan menjaga perekonomian tetap berjalan,” katanya.
Sikap Kanselir Olaf Scholz Membingungkan
Pemerintah Jerman yang dipimpin Kanselir Olaf Scholz pun sampai saat ini masih berusaha menentang embargo gas Rusia
Ironisnya, Jerman mengirim bantuan keuangan dan senjata ke Ukraina. Selain bersama kekuatan Eropa menjatuhkan berbagai sanksi ke Rusia.
Menurut Scholz, hancurnya ekonomi Jerman juga berarti lebih sedikit uang untuk membangun kembali Ukraina.
Larangan impor gas Rusia tidak akan menghentikan konflik di Ukraina, tetapi kata Scholz akan menyebabkan krisis ekonomi di Jerman dan Uni Eropa.
Embargo gas Rusia akan menelan biaya jutaan pekerjaan dan menghancurkan ekonomi Jerman, sehingga lebih sulit bagi Berlin untuk mendanai upaya perang dan rekonstruksi Ukraina.
“Pertama, saya tidak melihat sama sekali embargo gas akan mengakhiri perang,” kata Scholz kepada mingguan Jerman Der Spiegel.
Ia menambahkan jika Presiden Rusia Vladimir Putin terbuka dengan argumen ekonomi, dia tidak akan pernah memulai perang gila ini.
Kritik terhadap posisi Jerman pada gas Rusia “bertindak seolah-olah kita semua mencari uang,” keluh Scholz.
“Tetapi intinya adalah kami ingin menghindari krisis ekonomi yang dramatis, hilangnya jutaan pekerjaan dan pabrik yang tidak akan pernah dibuka lagi. Itu akan memiliki konsekuensi serius bagi negara kita, untuk seluruh Eropa, dan itu juga akan sangat mempengaruhi pembiayaan rekonstruksi Ukraina.”
“Jerman tidak bisa membiarkan itu terjadi,” tambahnya.
Scholz juga menunjukkan embargo semacam itu akan memiliki "konsekuensi global."
Ini menggemakan komentar Menteri Keuangan AS Janet Yellen, yang mengatakan pada hari Kamis larangan penuh Uni Eropa atas impor minyak dan gas Rusia pada akhirnya akan menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan.
“Ini sebenarnya bisa memiliki dampak negatif yang sangat kecil terhadap Rusia, karena meskipun Rusia mungkin mengekspor lebih sedikit, harga yang didapat untuk ekspornya akan naik,” kata Yellen setelah bertemu dengan pejabat Ukraina di Washington, menurut AFP.
Berbicara tentang pipa gas Nord Stream 2, Scholz mengatakan dia berharap sanksi AS akan memblokirnya dari penyelesaian, tetapi itu tidak terjadi.
Berlin memblokir pipa agar tidak beroperasi pada Februari, dengan alasan konflik di Ukraina sebagai dalih.
Jerman seharusnya “mendiversifikasi” impor energinya bertahun-tahun yang lalu, serta memperluas investasi dalam sumber energi terbarukan demi lingkungan, kata kanselir kepada Der Spiegel.
Namun, dia juga mengkritik publikasi tersebut karena menentang pembangunan terminal gas alam cair (LNG), untuk memungkinkan impor dari AS.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)