Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rusia Tuduh Ukraina Sabot Jalur Evakuasi Warga Sipil dari Mariupol

Pertempuran di Mariupol telah berkecamuk selama hampir dua bulan, ketika pasukan Rusia dan Donetsk benar-benar mengepung kota.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Rusia Tuduh Ukraina Sabot Jalur Evakuasi Warga Sipil dari Mariupol
AFP/ALEXANDER NEMENOV
Seorang wanita menggendong seorang anak di sebelah tentara Rusia di jalan Mariupol pada 12 April 2022, ketika pasukan Rusia mengintensifkan kampanye untuk merebut kota pelabuhan yang strategis, bagian dari serangan besar-besaran yang diantisipasi di Ukraina timur, sementara Presiden Rusia membuat kasus yang menantang untuk perang terhadap tetangga Rusia. (Photo by Alexander NEMENOV / AFP) 

Rusia sebelumnya telah menawarkan para pejuang Ukraina kesempatan untuk meletakkan senjata dan menyerah, tetapi mereka menolak, menuntut untuk dievakuasi ke "negara ketiga" yang tidak disebutkan.

Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014.

Moskow akhirnya mengakui Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim mereka berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.

Update Proses Negosiasi Damai Rusia-Ukraina

BERITA TERKAIT

Kementerian Luar Negeri Rusia akan mempertimbangkan jika Ukraina menghendaki pembicaraan langsung antarpemimpin kedua negara. Namun hingga kini tak ada tanda-tanda dari Kiev.  

Kiev telah mengancam menarik diri dari negosiasi perdamaian sama sekali, dan bersumpah untuk "segera" merebut kembali wilayah mana pun di bawah kendali Rusia dengan bantuan senjata dari barat.

Ditanya tentang kemungkinan pertemuan tatap muka antara delegasi Rusia dan Ukraina, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko mengatakan kondisinya belum ada.

“Segera setelah kami memiliki kesepakatan yang berarti di mana pertukaran pandangan substantif dapat diadakan, maka masalah ini akan dipertimbangkan. Hal seperti itu belum ada,” kata Rudenko kepada wartawan.

Kedua belah pihak terakhir bertemu di Istanbul, Turki pada 29 Maret. Dokumen yang dikirim Ukraina ke Rusia menyimpang dari apa yang telah disepakati.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada pada 7 April, menuduh Kiev tidak berunding menggunakan itikad baik.

Pada hari Sabtu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pembicaraan akan dihentikan jika "referendum semu diumumkan di republik semu baru Ukraina."

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas