Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Temuan Peluru “Anak Panah” Balikkan Fakta-fakta Pembantaian Bucha Ukraina

Artileri berpeluru flechette atau anak panah logam dikuasai baik Rusia maupun militer Ukraina. AS pernah menggunakannya di Vietnam.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Temuan Peluru “Anak Panah” Balikkan Fakta-fakta Pembantaian Bucha Ukraina
HO/Southfront.org
Munisi artileri berisi anak panah logam atau flechette seperti ini yang ditemukan di Bucha, Ukraina. Jenis munisi ini dikuasai baik Rusia maupun Ukraina. Militer Ukraina pernah menggunakan munisi artileri ini saat menggempur Luganks pada 2014. 

Bukti yang dikumpulkan para ahli selama kunjungan ke Bucha, Hostomel dan Borodianka, dan ditinjau para ahli senjata independen, menunjukkan munisi tandan dan bom terarah yang kuat digunakan di wilayah tersebut.

Mereka membunuh sejumlah besar warga sipil dan menghancurkan sedikitnya delapan bangunan. Jenis senjata ini dilarang oleh sebagian besar negara di seluruh dunia.

Berbicara tentang penembakan artileri, ini mengesampingkan versi apa pun yang menafsirkan peristiwa di Bucha sebagai “genosida terencana terhadap warga Ukraina”.

Banyak bukti, seperti posisi mayat yang “tersebar”, membenarkan kontradiksi tersebut.

Segera setelah Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim keputusan untuk menarik diri dari wilayah Kiev dan Chernihiv, militer Ukraina menembaki posisi Rusia di kota-kota di wilayah Kiev dengan artileri.

Insiden di Bucha menimbulkan reaksi keras dari masyarakat internasional. Konsekuensi dari kehadiran militer Rusia di kota itu masih menjadi perbincangan di media dunia.

Sentimen anti-Rusia di kalangan Ukraina meningkat tajam lagi setelah pasukan Rusia meninggalkan wilayah Kiev.

Berita Rekomendasi

Pihak Rusia menyangkal keandalan informasi yang diberikan oleh Kiev. Mereka merujuk pada berbagai keadaan objektif yang mengesampingkan kebenaran kejahatan.

Cerita Palsu Pembantaian Bucha

Analis militer asal AS, Scott Ritter menganggap Bucha Massacre sebagai cerita palsu.

Ia mengingatkan, jumlah korban sipil di Ukraina relatif kecil dibandingkan tindakan militer lain yang sebelumnya dilakukan di dunia.

Sebagai mantan intelijen militer, Scott Ritter membandingkan jumlah resmi kematian warga sipil di Irak dan di Ukraina (menurut data yang diberikan oleh Kiev).

Dalam perbandingannya, tingkat korban di kalangan warga sipil selama operasi Rusia adalah 7 kali lebih rendah daripada dalam perang modern yang dilakukan AS.

Menurutnya, tentara Rusia memiliki hubungan baik dengan penduduk setempat. Militer Rusia mengadakan hubungan yang saling menguntungkan dengan warga sipil.

Mereka menukar jatah kering dengan produk susu. Setelah penarikan militer Rusia, warga sipil yang terlihat membawa ransum kering Rusia diidentifikasi sebagai "kolaborator" dan dieksekusi tanpa pengadilan.

Tubuh mereka lah yang digunakan untuk menyusun drama "Pembantaian Bucha" yang dipentaskan media global dan pemerintah barat.

Scott Ritter juga menunjukkan beberapa isu penting. Pertama, sebagian besar dari mereka yang terbunuh mengenakan pita putih.

Kedua, ada jejak ransum kering di sekitar jenazah. Ketiga, tubuh yang tidak memiliki pita putih di lengan bawahnya diikat tangan dengan pita tersebut.

Akhirnya, mayat-mayat yang telah menghabiskan 11 hari tergeletak di jalanan di bawah suhu di atas nol tidak akan pernah terlihat sebaik itu.

Pakar tersebut juga mengutip laporan seorang jurnalis Meksiko yang merekam laporannya tepat setelah Kiev mengizinkan jurnalis untuk datang ke Bucha.(Tribunnews.com/Southfront.org/RussiaToday/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas