Mali Hentikan Kerjasama dengan Prancis, Undang Wagner Group dari Rusia
Bamako mengklaim drone Prancis telah melanggar wilayah udara Mali untuk memata-matai militernya puluhan kali sejak awal tahun.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Mengumumkan penarikan pasukan pada pertengahan Februari, Presiden Emmanuel Macron mengatakan kemenangan melawan teror tidak mungkin jika tidak didukung oleh negara itu.
Ia menunjukkan para pejabat di Bamako tidak lagi tertarik untuk memerangi kelompok Islamis.
Presiden Prancis itu juga menekankan dia tidak melihat penarikan itu sebagai pengakuan kegagalan di pihak Paris.
Pada tahun 2021, Mali mengundang organisasi paramiliter swasta Rusia untuk membantu memerangi teroris.
Kuburan Massal di Bekas Markas Pasukan Prancis
Perkembangan lain dari Mali, barat mungkin tergoda menyalahkan Angkatan Darat Mali atas dugaan kekejaman setelah kuburan massal ditemukan di dekat kamp pasukan Prancis di Mali tengah.
Rusia kini menyerukan penyelidikan menyeluruh atas temuan tersebut.
"Kami mendukung keputusan pihak berwenang Mali untuk menyelidiki keadaan kejahatan ini dengan cara yang paling menyeluruh," kata Kemenlu Rusia.
Moskow mengharapkan Paris berkontribusi secara efektif dalam penyelidikan pembunuhan dan penghilangan warga Mali.
Pernyataan itu muncul hanya beberapa hari setelah video muncul di media sosial yang diduga menunjukkan kuburan massal.
Ada puluhan mayat ditemukan di sebuah kamp militer yang pernah diduduki pasukan Prancis, yang mengambil bagian Operasi Barkhane di Mali dan negara-negara tetangga Afrika.
Tentara Mali (FAMA) mengkonfirmasi mereka menemukan kuburan massal di dekat bekas kamp Prancis di Gossi, Mali tengah.
Pasukan Prancis meninggalkan "pangkalan operasional lanjutan" pada hari Selasa dan menyerahkannya kepada militer Mali.
Pangkalan itu dilaporkan menampung ratusan tentara Prancis. Dilihat dari temuan jenazahnya, kuburan massal sudah ada jauh sebelum penyerahan markas.