PM Hungaria Victor Orban Samakan Embargo Minyak Rusia Seperti Serangan Nuklir
Viktor Orban menegaskan, embargo semacam itu sama saja menjatuhkan bom nuklir pada ekonomi negaranya.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
“Rencana ini menciptakan masalah bagi Hongaria dan tidak berusaha untuk menyelesaikannya," keluh perdana menteri.
Dia mengatakan kepada wartawan telah mengirim kembali proposal ke Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen untuk dikerjakan ulang, dan sekarang sedang menunggu yang baru.
Mengacu pada lima putaran sanksi Uni Eropa sebelumnya terhadap Rusia, yang disetujui Hungaria, Orban mengakuinya
Namun ia tetap tidak melihat sanksi ekonomi sebagai instrumen yang tepat untuk menyelesaikan krisis Ukraina.
Budapest memiliki hak veto untuk situasi yang secara langsung mempengaruhi kepentingan nasional Hungaria. Dia menggambarkan embargo impor energi Rusia sebagai garis merah untuk negaranya.
Orban juga menguraikan posisi Hungaria dalam konflik bersenjata di Ukraina, menyerukan semua pihak yang terlibat untuk menyetujui gencatan senjata dan melanjutkan pembicaraan damai sesegera mungkin.
Hungaria Takkan Kirim Senjata
Dia mengulangi Hongaria bertekad menghindari konflik, dan dengan demikian tidak akan memberikan senjata ke kedua belah pihak, tidak seperti banyak negara Eropa lainnya.
Menurut Orban, memasok senjata ke Ukraina akan membawa masalah di kepala mereka yang terlibat, terutama jika mereka adalah tetangga negara yang sedang berperang.
Pada saat yang sama, baik pemerintah Hungaria dan masyarakat secara keseluruhan memberikan bantuan kemanusiaan skala besar kepada ribuan pengungsi Ukraina yang tiba di negara itu.
Pada Rabu, Ursula von der Leyen meluncurkan gelombang keenam sanksi yang menargetkan Kremlin menyusul operasi militer terhadap Ukraina.
Di antara langkah-langkah yang diusulkan adalah sanksi terhadap bank top Rusia, larangan penyiaran Rusia dari wilayah Eropa, dan embargo impor minyak mentah Rusia dalam waktu enam bulan.
Namun, poin terakhir menghadapi tentangan keras dari negara-negara seperti Hongaria dan Slovakia.
Mereka khawatir larangan itu akan sangat merusak ekonomi mereka karena mereka sangat bergantung pada energi Rusia.