Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Imigran Rusia Pilih Mengungsi ke Dubai Hingga Picu Lonjakan Penjualan Properti 67 Persen

Lonjakan penjualan ini diketahui mulai terjadi sejak AS dan para sekutunya ramai menjatuhkan sanksi ekonomi ke pemerintah Rusia

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Imigran Rusia Pilih Mengungsi ke Dubai Hingga Picu Lonjakan Penjualan Properti 67 Persen
AFP/GIUSEPPE CACACE
Suasana Burj Khalifa di Dubai pada 30 September 2021 - Imigran Rusia Pilih Mengungsi ke Dubai Hingga Picu Lonjakan Penjualan Properti 67 Persen 

Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, DUBAI – Penjualan real estat di Uni Emirat Arab khususnya di wilayah Dubai belakangan ini melonjak hingga 67 persen, hanya dalam kurun waktu tiga bulan terhitung sejak Januari sampai Maret 2022.

Lonjakan penjualan ini diketahui mulai terjadi sejak AS dan para sekutunya ramai menjatuhkan sanksi ekonomi ke pemerintah Rusia, akibat dari invasi yang dilakukan Moscow terhadap Ukraina.

Pengetatan sanksi yang dilakukan AS membuat masyarakat dan crazy rich Rusia khawatir akan ikut terkena imbas sanksi hingga mereka melarikan diri dari negara asalnya.

Baca juga: Pukul Rusia dengan Sanksi Baru, Inggris Naikkan Tarif Impor Platinum dan Paladium

Meningkatnya jumlah permintaan vila mewah dan apartemen premium di Dubai telah mendorong harga jual real estat ke level tertinggi. Melansir dari Times Now, imigran asal Rusia yang didominasi para crazy rich atau miliarder, umumnya mencari tempat tinggal di lingkungan kelas elit di Dubai Marina.

Tak tanggung-tanggung mereka bahkan rela menggelontorkan uang sebesar 250.000 dolar AS hingga 500.000 dolar AS, demi mendapatkan hunian permanen untuk menyelamatkan diri dan bisnis mereka.

Tak sedikit perusahaan rintisan yang telah pindah ke Dubai, diantaranya perusahaan global Goldman Sachs, JP Morgan, dan Google.

BERITA TERKAIT

Ketiga perusahaan besar ini, diketahui telah menutup kantor utamanya di Moscow lalu memindahkan karyawannya ke UEA.

Hal ini terpaksa dilakukan lantaran sulitnya akses operasi, akibat adanya sanksi sosial dan ekonomi yang ramai dijatuhkan ke Rusia.

Uni Emirat Arab dipilih imigran Rusia sebagai salah satu destinasi utama untuk melarikan diri dari serangan sanksi AS dan Barat, karena sikap UEA yang dianggap tidak memihak dalam perang.

Baca juga: Peringatan Hari Kemenangan di Rusia, Vladimir Putin Klaim Barat Rencanakan Serangan terhadap Krimea

Adanya keterbukaan UEA terhadap Rusia, juga telah mendorong negara teluk ini tidak ikut menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.

Sayangnya tindakan yang diambil UEA dengan Rusia telah membuat pihaknya masuk dalam daftar abu-abu oleh pengawas kejahatan keuangan global, Financial Action Task Force (FATF) atas dugaan pencucian mata uang kripto.

FATF menduga bahwa transaksi cryptocurrency dalam sektor real estat UEA dengan dalih investasi, telah menunjukkan adanya indikasi pencucian uang dengan tujuan mengamankan aset kekayaan warga Rusia dari pajak dan denda.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas