Sejarah Hari Kemenangan Rusia, Putin Diduga akan Deklarasikan Perang Total Tepat di Victory Day
Simak sejarah Hari Kemenangan Rusia. Pengamat menduga Putin akan memanfaatkan momen Victory Day untuk deklarasikan perang.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Rusia akan merayakan Hari Kemenangan atau Victory Day pada Senin (9/5/2022) hari ini, acara tahunan untuk menandai menyerahnya Nazi Jerman pada Uni Soviet dalam Perang Dunia II.
Di bawah Presiden Rusia Vladimir Putin, acara 9 Mei telah berkembang dalam skala dan keunggulan politik.
Mengutip NPR, Hari Kemenangan biasanya ditandai dengan parade militer bergaya Soviet di Lapangan Merah Moskow yang juga menampilkan pidato kepresidenan.
Hari Kemenangan pertama kali dirayakan pada 1965 di bawah Pemimpin Soviet, Leonid Brezhnec, seorang veteran Perang Dunia II.
Perayaan itu juga ditandai di seluruh diaspora Rusia dan negara-negara bekas Soviet lainnya, termasuk Ukraina.
Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi Pembatasan Terhadap Puluhan Bankir Top Rusia
Baca juga: Peringati Kekalahan Nazi, Anak TK Rusia Pakai Kostum Tank Z dan Baju Militer Uni Soviet
Namun, Ukraina secara simbolis memindahkan tanggal Hari Kemenangan menjadi 8 Mei pada 2015.
Pada 8 Mei 1945, komandan pasukan Jerman yang tersisa menyerah pada Tentara Merah.
Tetapi, karena perbedaan waktu antara Berlin dan Moskow, di Rusia momen itu terjadi pada 9 Mei 1945, sebagaimana dilansir AlJazeera.
Hari Kemenangan menandai pengorbanan besar yang dilakukan orang-orang Rusia dan negara-negara lain di Uni Soviet dalam perang melawan Nazisme.
Pada 22 Juni 1941, tentara Jerman memulai invasinya ke Uni Sovet, yang diberi nama Operasi Barbarossa.
Penguasa Soviet, Joseph Stalin, tak siap, usai mengambil bagian dalam invasi Polandia tahun 1939 dengan Nazi.
Ia mengira kesepakatannya dengan Adolf Hitler akan melindunginya.
Stalin bahkan tak mengindahkan peringatan diplomat asing atau agennya sendiri.
Sementara itu, Hitler dengan arogannya percaya bahwa perang akan berlangsung tidak lebih dari tiga bulan, di mana pasukannya tak membawa pakaian musim dingin.