Polisi Israel Serang Pelayat Palestina yang Membawa Peti Mati Jurnalis Shireen Abu Akleh
Polisi anti huru-hara Israel mendorong dan memukuli pengusung jenazah saat pemakaman jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, pada Jumat (13/5/2022).
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Inza Maliana

TRIBUNNEWS.COM - Polisi anti huru-hara Israel mendorong dan memukuli pengusung jenazah saat pemakaman jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, pada Jumat (13/5/2022).
Dilansir AP News, insiden itu menyebabkan peti mati yang diusung sempat terjatuh.
Ribuan orang yang menghadiri pemakaman mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan "Palestina! Palestina!".
Pemakaman jurnalis Abu Akleh yang menurut saksi mata dibunuh pasukan Israel pada Rabu lalu, diyakini adalah yang terbesar di Yerusalem sejak Faisal Husseini, seorang pemimpin Palestina yang meninggal pada tahun 2001.
Menjelang pemakaman, kerumunan besar berkumpul untuk mengawal peti matinya dari rumah sakit Yerusalem timur ke sebuah gereja Katolik di Kota Tua terdekat
Banyak pelayat memegang bendera Palestina, sembari berteriak, "Kami mengorbankan jiwa dan darah kami untukmu, Shireen."

Baca juga: Komisi I DPR: Tanpa Sanksi, Kejahatan Israel kepada Palestina akan Terus Berlangsung
Baca juga: Kematian Jurnalis al-Jazeera Shireen Abu Akleh Sudutkan Israel
Tak lama setelahnya, polisi Israel merangsek kerumunan massa, mendorong, dan memukuli para pelayat.
Saat polisi anti huru hara mendekat, mereka menabrak pengusung jenazah, menyebabkan seorang pria kehilangan kendali atas peti mati saat peti itu jatuh ke tanah.
Polisi merobek bendera Palestina dari tangan orang-orang dan menembakkan granat kejut untuk membubarkan massa.
Saudara laki-laki Abu Akleh, Tony, mengatakan adegan itu "membuktikan bahwa laporan dan kata-kata jujur Shireen memiliki dampak yang kuat."
Koresponden Al Jazeera, Givara Budeiri mengatakan, tindakan keras polisi itu seperti membunuh Abu Akleh lagi.
Yerusalem Timur, rumah bagi situs suci Muslim, Yahudi dan Kristen terpenting di kota itu, direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967.
Israel mengklaim seluruh kota sebagai ibu kota abadi dan telah mencaplok sektor timur dalam sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.
Di sisi lain, Palestina menginginkan Yerusalem timur sebagai ibu kota negara merdeka di masa depan.