Penembakan di Buffalo Tewaskan 10 Orang, Wali Kota: Pelaku Targetkan Orang Kulit Hitam
Pelaku penembakan di sebuah supermarket di Buffalo, New York yang menewaskan 10 orang diduga menargetkan kelompok kulit hitam.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Pria yang diduga menembak hingga tewaskan 10 orang di sebuah supermarket di Buffalo, New York, diduga sengaja mencari lokasi dengan populasi kulit hitam yang tinggi.
Tersangka, Payton Gendron, berkendara lebih dari 320 km untuk melakukan serangan, kata polisi.
Serangan itu sedang diselidiki sebagai tindakan ekstremisme kekerasan bermotivasi rasial.
Dikutip dari BBC, wali kota Buffalo Byron Brown mengatakan, tersangka datang dengan niat untuk menargetkan sebanyak mungkin nyawa orang kulit hitam.
Sebuah dokumen setebal 180 halaman yang tampaknya ditulis oleh Gendron telah muncul, di mana ia menggambarkan dirinya sebagai seorang fasis dan supremasi kulit putih.
Pertanyaan diajukan tentang bagaimana dia bisa melakukan serangan itu ketika kekhawatiran sudah muncul.
"Saya ingin tahu apa yang diketahui orang dan kapan mereka mengetahuinya," kata Gubernur New York Kathy Hochul kepada ABC News.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden akan Terbang ke Buffalo, Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Massal
Baca juga: Berita Foto : Penembakan di Buffalo AS, 10 Orang Tewas
Joseph Gramaglia, kepala polisi Buffalo, mengatakan kepada wartawan pada hari Minggu bahwa Gendron telah membuat "ancaman umum" saat masih di sekolah menengah.
Dia menghabiskan satu setengah hari di rumah sakit menjalani evaluasi kesehatan mental, tetapi kemudian dibebaskan.
Dia tampaknya tidak tetap diawasi oleh pihak berwenang.
Agen Khusus FBI Steven Belongia mengatakan kepada New York Times baik polisi negara bagian maupun FBI tidak memiliki informasi intelijen tentang Gendron.
Sementara itu, pemilik toko senjata yang menjualnya senjata semi-otomatis mengatakan kepada beberapa outlet AS bahwa tidak ada peringatan yang muncul ketika namanya dijalankan melalui sistem pemeriksaan latar belakang pemerintah.
Sementara itu Jaksa Agung New York Letitia James mengatakan kantornya akan fokus pada materi ekstremis online.
"Peristiwa ini dilakukan oleh seorang individu yang sakit dan gila yang didorong oleh pola makan kebencian setiap hari," katanya.