George W Bush Cerca Rusia, Terpeleset Sebut Invasi ke Irak Ilegal
Presiden AS, George W Bush meluncurkan invasi Irak tahun 2003 yang dengan cepat menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein di Baghdad.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, DALLAS – Mantan Presiden AS George HW Bush mencerca serangan Rusia ke Ukraina, mengecam kepemimpinan Vladimir Putin.
Bermaksud menyebut serangan Rusia ke Ukraina illegal, Bush terpeleset mengucapkan invasi illegal ke Irak. Ini sama saja mengatakan apa yang dilakukannya ke Irak semasa memimpin AS.
Insiden salah ucap ini terjadi saat Bush menyampaikan pidato di forum Institut George HW Bush, Rabu (18/5/2022).
Video yang tersebar luas di media sosial, dan teksnya dikutip Russia Today, Kamis (19/5/2022) memperlihatkan secara jelas insiden itu.
Baca juga: George W Bush Ingatkan Potensi Munculnya Ekstremisme Dalam Negeri AS
Baca juga: George W. Bush Sebut Penarikan Pasukan AS dan NATO dari Afghanistan adalah Sebuah Kesalahan
Baca juga: Meski Satu Partai, Eks Presiden Amerika George W Bush Ogah Pilih Donald Trump di Pilpres 2020
“Hasilnya adalah tidak adanya checks and balances di Rusia, dan keputusan satu orang untuk meluncurkan invasi brutal ke Irak yang sepenuhnya tidak dapat dibenarkan – maksud saya Ukraina,” kata Bush.
Ia rupanya langsung menyadari kesalah ucapnya, dan menjelaskan maksudnya. Penonton terdengar tertawa saat peristiwa itu terjadi dan Bush kembali menggumamkan “Irak ” sesudah itu.
Dia lantas menghubungkan kesalahan itu terkait usianya. "Saya 75", sebelum melanjutkan pidatonya.
Bush kemudian memuji kepemimpinan Ukraina ketika pertempuran di negara itu berlanjut ke bulan ketiga.
Pada satu titik Bush menjuluki Presiden Volodymyr Zelensky sebagai pria kecil yang keren dan "Church (Winston Churchill) abad ke-21," kata Bush membandingkannya dengan pemimpi Inggris semasa PD 2.
Sebagai Presiden AS, George W Bush meluncurkan invasi Irak tahun 2003 yang dengan cepat menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein di Baghdad.
Serangan unilateral oleh AS dan sekutunya, tanpa mandate PBB, berubah menjadi pendudukan militer yang panjang. Hari ini pasukan AS masih ada yang diposkan di Irak.
Sepanjang masa pendudukan AS itu, sekurangnya 209.000 warga sipil tewas dalam peperangan.
Data ini diumumkan proyek Irak Body Count, bersama hampir 4.500 tentara Amerika dan ribuan korban tambahan yang secara tidak langsung terkait dengan perang.
Sebelum menggulingkan Presiden Irak Saddam Hussein, pemerintahan Bush berulang kali mengklaim memiliki informasi intelijen terkait senjata pemusnah massal di tangan Saddam Hussein.
Washington terus menuduh Baghdad mengabaikan larangan mengembangkan senjata pemusnah massal setelah Perang Teluk 1991.
Klaim-klaim itu kemudian terbukti tidak akurat, bagaimanapun, karena pasukan AS gagal mengungkap proyek WMD yang sedang berlangsung meskipun ada inspeksi intensif.
Lebih dari 19 tahun kemudian, sekitar 2.500 tentara AS tetap berada di negara itu, meskipun mereka sekarang bertugas dalam peran non-tempur dengan izin dari pihak berwenang setempat.
Pada Maret, Jenderal Frank McKenzie – saat itu kepala Komando Pusat AS (CENTCOM) – menyarankan kehadiran militer AS tidak akan berakhir dalam waktu dekat.
Argumentasi itu didasarkan potensi ancaman yang ditimbulkan kelompok-kelompok milisi bersenjata yang didukung Iran.
Dalih Eks PM Inggris Tony Blair
Di London, sekutu dekat George W Bush, Tony Blair beberapa waktu lalu juga mengomentari situasi perang di Ukraina.
Menurut Tony, barat harus berjuang mengalahkan Rusia demi mencegah Vladimir Putin melakukan hal yang sama ke negara lain.
Hal ini disampaikan Tony dalam wawancaranya bersama New York Times, Selasa (3/5/2022).
"Saya pikir ambisi kami harus mengalahkan agresi Rusia di Ukraina dan mengamankan mundurnya Rusia atas apa yang telah mereka lakukan," kata Blair.
"Jelas kepentingan barat memastikan (Putin) segan melakukan ini lagi. Karena itu tindakan luar biasa, agresi tak beralasan, di ambang pintu Uni Eropa," tambahnya.
Tony mengaku telah mengatakan kepada Putin barat tidak memiliki niat bermusuhan terhadap Rusia saat ia masih menjabat.
Tetapi, menurut Tony, Putin pada 2005 telah menjadi 'benar-benar terobsesi' dengan gagasan barat menentangnya.
Tony pun membantah disamakan antara invasi Inggris dan AS ke Irak dan serangan Rusia ke Ukraina.
Menurut Tony, invasi Inggris dan AS ke Irak sama sekali berbeda dengan yang dilakukan Putin.
"Bahkan jika Anda sepenuhnya menentang apa yang kami lakukan di Irak atau di Afghanistan.. Saddam Hussein memulai dua perang regional, membunuh ribuan orang... rakyatnya pasti ingin menyingkirkannya," kata Blair.
"Ini tidak sama dengan pergi ke negara yang tidak pernah menimbulkan masalah bagi tetangganya, telah mendapatkan presiden yang dipilih secara demokratis, dan mencoba menggulingkan mereka," lanjutnya.
"Kedua situasi itu tidak dalam bentuk atau bentuk apa pun yang serupa," ujar mantan pemimpin Partai Buruh Inggris ini.(Tribunnews.com/RussiaToday/DailyMail/xna)