Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rusia Ternyata Lepaskan Rudal S-300 ke Jet Israel yang Serang Suriah

Suriah menerima tiga sistem pertahanan udara S-300PMU2 dari Rusia setelah Israel menembak jatuh pesawat intelijen Il-20 Rusia pada September 2018.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Rusia Ternyata Lepaskan Rudal S-300 ke Jet Israel yang Serang Suriah
AFP
Serangan rudal jet tempur di Suriah 

TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV - Pasukan Rusia ternyata menembakkan rudal S-300 guna memburu jet tempur Israel yang menyerang Suriah pada 13 Mei 2022.

Kabar ini diwartakan Channel 13 Israel berdasar sumber mereka. Situs analisis intelijen Southfront.org mengutipnya Rabu (18/5/2022).

Menurut kanal berita itu, insiden yang belum pernah terjadi sebelumnya terjadi di ujung perbatasan Israel.

Serangan 13 Mei Israel ke Suriah menargetkan kompleks penelitian militer di dekat kota Masyaf di pedesaan barat Hama, Suriah.

Menurut Pusat Rekonsiliasi Rusia di Suriah, sistem pertahanan udara Suriah menembak jatuh 16 dari 22 peluru kendali yang diluncurkan jet tempur Israel selama serangan.

Baca juga: Milisi Suriah Proksi Turki Tewaskan 10 Tentara Damaskus di Dekat Aleppo

Baca juga: Pasukan Udara Israel Gempur Suriah, 12 Tewas dan Terluka di Provinsi Hama

Baca juga: Israel Lancarkan Serangan Udara saat Fajar ke Suriah, 9 Orang Tewas dan 3 Orang Terluka

Sebuah pesawat tak berawak Israel juga ditembak jatuh saat mengambil bagian dalam serangan itu.

Serangan Israel merenggut nyawa lima orang, termasuk tiga anggota pasukan pertahanan udara Suriah, dan melukai setidaknya tujuh lainnya.

Berita Rekomendasi

Channel 13 mengatakan bahwa baterai S-300 melepaskan tembakan ketika jet tempur Israel terbang dalam perjalanan kembali ke pangkalan mereka.

Laporan tersebut menyebut radar S-300 tidak mengunci jet tempur, dan dengan demikian tidak menghadirkan ancaman serius bagi mereka.

Suriah menerima tiga sistem pertahanan udara S-300PMU2 dari Rusia setelah Israel menembak jatuh pesawat intelijen Il-20 Rusia pada September 2018.

Rusia menyalahkan Israel atas insiden tersebut, yang menewaskan 15 prajurit Rusia. Setidaknya satu dari sistem ini diketahui ditempatkan beberapa kilometer di barat laut Masyaf.

Dalam laporannya, Channel 13 mengatakan, sistem rudal S-300 Suriah dioperasikan militer Rusia dan tidak dapat ditembakkan tanpa persetujuan mereka.

Israel jarang mengakui atau membahas serangannya terhadap Suriah. Sampai sekarang, Pasukan Pertahanan Israel belum mengomentari serangan terakhir atau dugaan peluncuran S-300.

Laporan Channel 13 mengatakan tidak segera jelas apakah aktivasi sistem S-300 Suriah adalah peristiwa pertama atau itu sinyal Rusia ke Israel mereka mengubah sikapnya atas Israel di Suriah.

Laporan itu muncul di tengah memburuknya hubungan antara Israel dan Rusia, yang dimulai setelah dimulainya operasi militer khusus Rusia di Ukraina.

Baru-baru ini, Israel menjadi lebih kritis terhadap operasi Rusia dan mulai menyediakan peralatan tidak mematikan kepada pasukan Kiev.

Pertahanan Udara Suriah menanggapi rudal Israel yang menargetkan selatan ibu kota Damaskus, pada 20 Juli 2020. Serangan Israel di selatan ibu kota Suriah melukai tujuh tentara Suriah, media pemerintah melaporkan, dalam serangan yang menurut pengawas perang mengenai beberapa posisi pasukan rezim. dan milisi yang didukung Iran.
Pertahanan Udara Suriah menanggapi rudal Israel yang menargetkan selatan ibu kota Damaskus, pada 20 Juli 2020. Serangan Israel di selatan ibu kota Suriah melukai tujuh tentara Suriah, media pemerintah melaporkan, dalam serangan yang menurut pengawas perang mengenai beberapa posisi pasukan rezim. dan milisi yang didukung Iran. (STR / AFP)

Serangan Israel ke Suriah

Sebanyak 12 orang dilaporkan tewas dan atau luka-luka saat terjadi gelombang serangan udara Israel di wilayah tengah Suriah, Jumat (13/5/2022).

Serangan udara menghantam sasaran militer di pinggiran kota Masyaf, Hama. Dikutip dari portal analis inteijen Southfrontorg, ini fasilitas utama Pusat Studi dan Penelitian Ilmiah Suriah (SSRC).

SSRC adalah lembaga penelitian dan pengembangan militer utama Suriah. Fasilitas penelitian menjadi sasaran Israel beberapa kali di masa lalu.

Video dari Suriah barat dan tengah menunjukkan pasukan pertahanan udara Suriah melepaskan rudal untuk mencegat serangan udara Israel.

Israel tidak pernah merespon setiap operasi serangan yang ditujukan ke Suriah. Kantor berita Arab Suriah, SANA, serangan udara diluncurkan dari wilayah udara internasional di lepas pantai Suriah.

“Pada pukul 23:20 Jumat malam, musuh Israel melancarkan agresi udara dengan semburan rudal dari atas Mediterania, barat Banias, menargetkan beberapa titik di Wilayah Tengah,” kata sumber militer dikutip SANA.

Sebuah gambar selebaran yang dirilis oleh Kantor Berita Arab Suriah (SANA) resmi menunjukkan petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kobaran api di pelabuhan Latakia Suriah setelah serangan udara Israel pada awal 28 Desember 2021. Serangan udara Israel menghantam pelabuhan Latakia Suriah, serangan kedua di pelabuhan Latakia. fasilitas utama bulan ini, menurut media pemerintah Suriah. (AFP)

“Pertahanan udara kami mencegat rudal dan menjatuhkan sebagian besar dari mereka,” tambah sumber itu.

Salah seorang korban serangan udara Israel dilaporkan seorang warga sipil. Banyak dari yang terluka juga warga sipil, termasuk seorang gadis kecil.

Ini adalah serangan Israel kedua yang dikonfirmasi di Suriah pada Mei ini.

Serangan pertama, yang terjadi pada 11 Mei, menargetkan jaringan pos pengamatan dan posisi Tentara Arab Suriah (SAA) di Provinsi al-Quneitra di wilayah selatan.

Pada 7 Mei, serangkaian serangan udara menargetkan posisi pasukan yang didukung Iran di pinggiran timur kota Deir Ezzor di wilayah timur laut.

Laporan yang belum diverifikasi mengatakan bahwa Israel berada di balik serangan udara tersebut.

Israel meningkatkan serangannya ke Suriah dalam beberapa bulan terakhir. Serangan baru-baru ini adalah bagian kampanye “Perang-Antara-Perang” Tel Aviv.

Ini operasi untuk menghalangi menguatnya pengaruh Iran di Suriah, dan mencegah transfer senjata canggih buatan Iran ke Hizbullah di Lebanon.

Kejadian Menonjol di Medan Konflik Suriah

Selain peristiwa di Hama, kejadian menonjol di medan konflik Suriah pekan ini adalah serangan di Aleppo.

Sebanyak 10 tentara Pasukan Pertahanan Nasional Suriah (NDF) tewas, dan sedikitnya 9 lainnya terluka, Jumat (13/5/2022).

Sebuah rudal diduga antitank (ATGM) menghantam sebuah bus yang membawa mereka di dekat kota Anjara di pedesaan barat Aleppo, Suriah.

Front Nasional untuk Pembebasan (NFL) yang didukung Turki mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Ini serangan paling mematikan yang menargetkan pasukan pemerintah Damaskus di bagian Suriah ini dalam dua tahun terakhir.

Kelompok itu mengatakan bahwa para pejuangnya menargetkan bus dengan peluru kendali antitank (Antitank Guided Missile/ATGM).

Rudal itu diluncurkan dari wilayah Greater Idlib, tempat gencatan senjata yang ditengahi Rusia dan Turki diberlakukan. NFL adalah proksi terbesar Turki di wilayah tersebut.

Para korban serangan itu semuanya dari kota Nubl dan al-Zahraa di pedesaan Aleppo utara. Cabang NDF di dua kota Syiah itu memiliki hubungan dekat dengan Hizbullah Lebanon dan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran.

Serangan Balasan Militan Turki

Serangan itu tampaknya merupakan tanggapan terhadap serangan ATGM baru-baru ini yang menargetkan bus antar-jemput NFL di Dataran al-Ghab di pedesaan barat laut Hama.

Serangan itu, yang terjadi pada 8 Mei, merenggut nyawa enam militan yang didukung Turki dan melukai empat lainnya.

Serangan mematikan, yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap gencatan senjata Idlib Raya, kemungkinan besar tidak akan dibiarkan begitu saja.

Tentara Arab Suriah dan sekutunya selalu menanggapi pelanggaran tersebut dengan kekerasan.

Penghentian semua operasi militer besar di Greater Idlib jelas telah menguatkan para militan yang menduduki wilayah tersebut, terutama Hay'at Tahrir al-Sham dan NFL yang berafiliasi dengan al-Qaeda.

Siaran televisi Al-Ikhbariya menyebutkan, insiden itu terjadi pada Jumat pagi.

"Teroris ... menembakkan rudal anti-tank ke sebuah bus tentara di sebelah barat Aleppo dekat Anjar,” kata penyiar mengutip sumber militer.

Suriah telah dilanda perang sejak 2011. Pasukan pemerintah Presiden Suriah Bashar Assad memerangi berbagai kelompok pemberontak, termasuk jihadis dari ISIS (Daesh), Jabhat al-Nusra yang cabang Al Qaeda di Suriah dan Irak.

Puluhan kelompok bersenjata baik terdiri orang Suriah maupun warga asing bercokol di negara itu. Mereka disokong dana dan senjata oleh negara-negara asing.

Beberapa kota, terutama Idlib, kini di bawah kendali kelompok teroris bersenjata didominasi Al Nusra dan milisi Turkestan yang berasal dari Uigur.

Mereka kadang-kadang melakukan serangan terhadap Tentara Suriah. Suriah meminta bantuan Rusia untuk melawan kelompok teroris itu.

ISIS atau Daesh dan Jabhat al-Nusra atau Front Al-Nusra, Jabhat Fatah al-Sham, atau al-Qaeda di Suriah adalah kelompok teroris yang dilarang di Rusia dan berbagai negara.

Milisi Kurdi Serang Tentara Turki

Pada 12 Mei, Kementerian Pertahanan Nasional Turki mengumumkan seorang tentaranya meninggal karena luka yang dideritanya akibat serangan mortir baru-baru ini di Pos Perbatasan Kiribati di Provinsi Gaziantep, Turki tenggara.

Serangan itu berasal dari kota Kobane di pedesaan timur laut Aleppo Suriah. Kota ini dikuasai oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi.

SDF membantah bertanggung jawab atas serangan itu. Namun, Turki mengatakan serangan itu dilakukan Unit Perlindungan Rakyat (YPG) dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), keduanya berafiliasi ke kelompok tersebut.

Setidaknya tiga tentara Turki lainnya dan seorang warga sipil terluka akibat serangan mortir, yang bertepatan dengan serangan roket di daerah yang diduduki Turki di pedesaan Aleppo utara.

Angkatan Bersenjata Turki melakukan serangkaian serangan di Kobane dan sekitarnya sebagai tanggapan atas serangan mematikan tersebut.

Menurut Kementerian Pertahanan Nasional Turki, 21 pejuang YPG dan PKK “dinetralkan” sebagai akibat dari serangan tersebut.

Kementerian biasanya menggunakan istilah "menetralisir" untuk menunjukkan bahwa para pejuang tersebut terbunuh atau terluka.

Serangan mortir yang mematikan kemungkinan merupakan tanggapan terhadap serangan pesawat tak berawak Turki 11 Mei di Kobane, yang merenggut nyawa anggota SDF Turki.

Pasukan Turki dan SDF telah bertukar serangan di Suriah utara dan timur laut selama beberapa bulan terakhir.

Ini bisa segera mengarah pada konfrontasi militer penuh antara kedua belah pihak.(Tribunnews.com/Southfront/Sputniknews/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas