Menteri Ekonomi Arab Saudi Sebut Sanksi Ekonomi Barat ke Rusia Aksi Sepihak
Arab Saudi mempertahankan hubungan perdagangan yang luas dengan Ukraina maupun Rusia.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, DAVOS - Menteri Ekonomi dan Perencanaan Arab Saudi, Faisal Al-Ibrahim, mengungkapkan posisi negaranya di tengah konflik Rusia versus Ukraina dan negara barat.
Secara prinsip Saudi akan mempertahankan hubungan perdagangan yang luas dengan Ukraina maupun Rusia.
Pernyataan itu disampaikan Faisal Al-Ibrahim kepada surat kabar Nikkei Jepang, di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Selasa (24/5/2022).
Fasisal al-Ibrahimi juga menyatakan, serangkaian sanksi barat terhadap Rusia dan sejumlah pihak lainnya bersifat sepihak, dan akan tetap seperti itu.
Al-Ibrahim memuji peran Moskow dalam format OPEC+, yang menyatukan eksportir minyak utama dunia.
Baca juga: Akibat Lonjakan Permintaan, OPEC Pangkas Produksi Minyak Dunia di Kuartal Kedua 2022
Baca juga: Inilah Penjelasan Dmitri Trenin Mengapa AS dan Sekutunya Ingin Menghancurkan Rusia
Baca juga: Menlu Sergei Lavrov Beberkan Strategi Geopolitik Rusia, Dekati China dan Sebut Barat Diktator
Menteri menjelaskan Riyadh tidak berencana untuk meningkatkan produksi minyak untuk menurunkan harga minyak dunia.
Negaranya saat ini fokus pada stabilitas pasokan daripada menaikkan volume produksi. Dia berpendapat situasi di pasar energi internasional akan "jauh lebih buruk" jika tanpa OPEC.
AS, Uni Eropa dan sekutu mereka telah menjatuhkan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia menyusul serangan militer ke Ukraina.
Pembatasan telah menargetkan sektor keuangan dan perbankan Rusia serta penerbangan dan industri luar angkasa.
Uni Eropa Gagal Embargo Migas
Banyak pejabat pemerintah, tokoh masyarakat dan pengusaha dimasukkan ke daftar penerima sanksi pribadi.
AS dan Kanada telah melarang impor minyak Rusia, sementara UE masih memperdebatkan masalah ini.
Tindakan itu, yang diharapkan akan dimasukkan dalam sanksi putaran keenam Brussel pada awal konflik, telah menghadapi perlawanan dari Hongaria.
Pada Selasa, Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen berpendapat blok tersebut tak bisa menghindar untuk terus membeli minyak Rusia.