Pasangan Inggris Ini Curhat Soal Anaknya yang Butuh Transplantasi Hati karena Hepatitis Akut
Saat ini ada 34 kasus hepatitis akut tambahan yang telah diidentifikasi dan menyerang kelompok anak kecil, sehingga total kasus di Inggris mencapai 19
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini ada 34 kasus hepatitis akut tambahan yang telah diidentifikasi dan menyerang kelompok anak kecil, sehingga total kasus di Inggris mencapai 197.
Sebagian besar kasus terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun, meskipun beberapa remaja juga baru-baru ini diidentifikasi menderita penyakit tersebut.
Banyak diantara mereka yang terpapar penyakit ini mengalami muntah dan diare.
Kasus ini pun telah dilaporkan di seluruh dunia, dengan Amerika Serikat (AS) mengatakan pada Rabu waktu setempat bahwa pihaknya sedang menyelidiki 180 kasus.
Dikutip dari laman ITV News, Rabu (25/5/2022), dalam kasus yang paling serius, 11 dari pasien hepatitis akut di Inggris membutuhkan transplantasi hati, termasuk Fiadh Castle-Smith, seorang anak perempuan berusia 2 tahun.
Orang tuanya pun membagikan kisah perjuangan anaknya dalam melawan penyakit yang menyerang organ hati.
Seperti yang disampaikan Natasha Castle-Smith, ibu dari bocah kecil itu.
"Saya menangis sepanjang waktu, seorang wanita duduk di seberang sana (dalam rumah sakit), saat itu saya dalam kondisi baik-baik saja, namun saat berbicara dengannya, saya pun akhirnya menangis," kata Natasha, menggambarkan penantian menyakitkan untuk mendapatkan donor hati bagi putti kecilnya.
'Saat organ itu tiba, kondisi Fiadh mungkin telah memburuk'
Sementara itu, sang ayah, Alisdair Castle-Smith menyampaikan bahwa ia dan sang istri optimis Fiadh akan mampu memulihkan kondisinya.
"Pada saat itu anda akan berpikir tentang pemulihan, bahwa ia (Fiadh) akan memulihkan dirinya sendiri," kata Alisdair.
Ia kemudian mengakui bahwa kabar mengenai Fiadh yang membutuhkan transplantasi hati merupakan 'momen tersulit' selama mereka di rumah sakit.
"Dan kemudian itu mengubah dinamika menjadi 'ia (Fiadh) tidak berada di tempat di mana ia akan bisa pulih sendiri. Pada akhir percakapan mengenai kondisi Fiadh, kami harus memahami fakta bahwa pada saat organ hati itu ada, kondisi Fiadh mungkin telah memburuk sejauh ini. Saya pikir itu adalah salah satu hal yang paling sulit, kami merasa itu sangat sulit karena anda terus-menerus melihat jam," tegas Alisdair.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada Fiadh?
Pada awal April lalu, Natasha memperhatikan bahwa kulit Fiadh dan bagian putih matanya tampak mulai berwarna kuning.
Sebagai seorang perawat, ia pun mengetahui gejala itu dan langsung membawa putrinya ke A&E di Dundonald, sebuah kota di sebelah timur rumah mereka di Belfast.
Tim medis di sana kemudian berkonsultasi dengan dokter di Rumah Sakit Wanita dan Anak Birmingham, salah satu dari tiga pusat spesialis hati pediatrik di Inggris.
Setelah beberapa hari, Fiadh pun dipindahkan melalui ambulans udara ke Birmingham, di mana ia menjalani tes dan terdaftar untuk mendapatkan transplantasi.
Dalam 72 jam, mereka akhirnya menemukan donor organ, namun ada saat-saat ketika orang tua Fiadh ini mengkhawatirkan hal yang terburuk.
'Ia tidak boleh mati seperti ini'
Natasha pun menceritakan bahwa hatinya sangat sakit membayangkan jika dirinya dan sang suami kehilangan Fiadh untuk selamanya.
"Saya ingat teman saya datang untuk melihat kondisi saya dan saya hanya jatuh di pelukannya, saya hanya mengatakan 'ia (Fiadh) tidak boleh mati seperti ini, apa yang bisa kami lakukan tanpa dia?'. Seperti ketika ia pertama kali lahir, saya ingat mengatakan saya tidak percaya kami bisa mempertahankannya anak ini selamanya, kami membuatnya untuk dipertahankan, dan tiba-tiba hal itu tidak akan terjadi lagi," tegas Natasha, sambil menahan tangisnya.
Baca juga: Penyebab Hepatitis Akut Masih Diteliti, Ini 6 Dugaannya
Selama masa perawatannya, kondisi hati Fiadh menyebabkan serangan ensefalopati yang mempengaruhi otak.
Dampaknya adalah dapat membuat orang merasa bingung dan kehilangan arah, inilah yang kini terjadi pada Fiadh.
Alisdair menggambarkan kondisi anaknya seperti 'Alice in a Wonderland' pada saat itu, yang telah pergi terlalu jauh ke dalam terowongan dan perlu dipanggil agar bisa kembali.
"Ia terasa 'begitu jauh', sehingga anda harus mencoba dan berbicara kembali secara perlahan dengannya. Rasanya seperti sebuah saklar mati dan ia tidak benar-benar menjadi dirinya sendiri," papar Natasha.
Lalu bagaimana kabar Fiadh saat ini?
Natasha mengatakan bahwa dirinya berjuang untuk meyakini semua yang terjadi, namun ia mengaku tetap bersyukur bahwa hingga saat ini putrinya masih hidup.
"Ini new normal, tapi apapun itu, saya merasa bagus asalkan ada Fiadh. Saya tidak percaya ketika kami mengetahui bahwa kami boleh membawanya pulang," tutur Natasha.
Momen paling bahagianya adalah melihat Fiadh berdiri sekali lagi sendirian dan mencoba kembali mengambil langkah kecil.
Mengingat kondisinya, Fiadh tentunya akan membutuhkan obat-obatan dan Natasha mengatakan bahwa ia harus berhati-hati dalam membawa putrinya itu untuk bepergian.
Hal itu karena sistem kekebalan tubuhnya yang lemah.
Masa depannya kini berbeda, namun ia dan sang suami bersyukur bahwa Tuhan masih mengizinkan mereka memiliki dan merawat Fiadh.