Zelensky: Ukraina Tidak akan Serahkan Tanahnya sebagai Imbalan Berakhirnya Perang dengan Rusia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan ia tidak akan menyerahkan tanah negaranya sebagai imbalan berakhirnya perang dengan Rusia.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan ia tidak akan menyerahkan tanah negaranya sebagai imbalan berakhirnya perang dengan Rusia.
Dilansir Independent, negosiasi damai tidak dapat dilanjutkan sampai Rusia menunjukkan kesediaannya untuk memindahkan pasukan dan peralatannya kembali ke posisi sebelum 24 Februari, yaitu sebelum Vladimir Putin memerintahkan invasi, kata Zelensky dalam pidato video di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Rabu (25/5/2022).
Zelensky mengatakan dia hanya bersedia membahas diakhirinya perang dengan berbicara kepada Putin sendiri dan tidak melalui perantara.
Ia menambahkan bahwa jalan keluar diplomatik dari konflik ini memungkinkan jika presiden Rusia memahami kenyataan.
Ditanya apakah mungkin untuk merundingkan penghentian konflik, Zelensky mengatakan:
"Ukraina tidak akan menyerahkan wilayah kami."
"Kami berjuang di negara kami, di tanah kami."
"Perang sedang diperjuangkan untuk tanah kami, untuk kebebasan kami, untuk kemerdekaan kami, dan untuk masa depan kami," tambahnya.
Baca juga: Cegah Aksi Sabotase, Inggris dan Lithuania Kawal Ekspor Kapal Pengangkut Gandum Ukraina
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia di Ukraina Hari ke-91, Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Pembicaraan selama berbulan-bulan antara negosiator Ukraina dan Rusia hanya menghasilkan sedikit kemajuan, di antaranya berupa kesepakatan tentang koridor kemanusiaan.
Namun kesepakatan itu pun sering diabaikan oleh Rusia.
Negosiator utama Moskow Vladimir Medinsky mengatakan pada hari Minggu bahwa Rusia siap untuk melanjutkan pembicaraan damai.
Tetapi "persiapan serius" diperlukan sebelum para presiden dapat bertemu, menurut kantor berita milik negara Rusia, Tass.
"Para kepala negara harus bertemu untuk mencapai kesepakatan akhir dan menandatangani dokumen, tetapi tidak untuk mengambil foto," katanya seperti dikutip Tass.
Di sisi lain, diskusi pembicaraan damai justru menimbulkan keretakan di Uni Eropa.
Beberapa negara anggota berusaha untuk menggiring blok tersebut ke arah sikap yang lebih "berdamai" dengan Rusia.
Italia, Hongaria dan Siprus mendesak Uni Eropa untuk menyerukan gencatan senjata dan negosiasi antara negara-negara yang bertikai.
Negara-negara tersebut menempatkan diri mereka bertentangan dengan negara-negara anggota lain yang bertekad untuk tetap berpegang pada pendekatan agresif dengan Moskow menjelang KTT Dewan Eropa minggu depan.
Baca juga: Daftar 27 Perusahaan Amerika yang Masih Beroperasi di Rusia Meski Invasi Ukraina Terus Berlanjut
Baca juga: Malu Negaranya Menginvasi Ukraina, Diplomat Rusia di PBB Mengundurkan Diri, Sempat Diminta Bungkam
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, juga berbicara di Davos pada hari Selasa (24/5/2022).
Ia mengatakan Ukraina harus memenangkan perang, tanpa menyebutkan pembicaraan damai.
Sementara itu, Rusia mengisyaratkan mungkin siap untuk mengakhiri blokade pelabuhan Ukraina yang telah memicu kekhawatiran krisis pangan global.
Wakil menteri luar negeri Rusia Andrei Rudenko dikutip oleh Interfax mengatakan bahwa Mosocw siap untuk menyediakan jalur kemanusiaan yang diperlukan untuk barang-barang yang meninggalkan Ukraina di Laut Hitam.
Meski begitu, pertempuran di Donbas berlanjut pada hari Rabu (25/5/2022).
Pasukan Rusia meningkatkan serangan mereka di dua kota utama di wilayah Luhansk.
Baca juga: Seorang Saksi Ungkap Detik-detik Penembakan di Texas, Para Orang Tua Panik Berusaha Cari Anaknya
Baca juga: 8 Kasus Penembakan Massal yang Terjadi di Sejumlah Sekolah di AS, 2 Insiden Texas Tewaskan 31 Orang
Sievierodonetsk dan Lysychansk, kota kembar di sisi berlawanan dari Sungai Donets Siversky, mengalami serangan berat dan dikepung di tiga sisi.
Kejatuhan kota tersebut akan memberi Rusia kendali penuh atas Luhansk – tujuan perang utama Moskow.
Zelensky berkata: "Semua kekuatan yang tersisa dari tentara Rusia sekarang terkonsentrasi pada Donbas."
"Penjajah ingin menghancurkan semua yang ada di sana."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)