Rusia Fokuskan Serangan ke Donbas, Belasan Gedung Tinggi Dihancurkan di Sievierodonetsk-Lysychansk
Rusia menembaki lebih dari 40 kota di wilayah Donbas, timur Ukraina, menghancurkan belasan bangunan tinggi.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
Sementara itu, seperti dilansir Al Jazeera, gubernur Donetsk mengatakan setidaknya 431 warga sipil telah tewas dan 1.168 terluka di wilayah tersebut sejak awal invasi Rusia.
Namun ia mengatakan jumlah korban di Mariupol dan kota Volnovakha saat ini tidak diketahui.
"Angkatan bersenjata Rusia membunuh dan menghancurkan infrastruktur sipil permukiman Donetsk, menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal," kata Pavlo Kyrylenko di Telegram.
Pada hari Rabu (25/5/2022), seorang penasihat walikota Mariupol mengatakan bahwa pejabat kota memperkirakan setidaknya 22.000 warga sipil telah tewas dalam tiga bulan invasi Rusia.
Peristiwa Lainnya
Mengutip The Guardian, ini perkembangan lainnya seputar invasi Rusia di Ukraina.
- Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menyebut NATO tidak melakukan apa-apa dalam menghadapi invasi Rusia ke negaranya.
Berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Kuleba memuji Uni Eropa atas keputusan "revolusioner" untuk mendukung Kyiv tetapi mengatakan aliansi militer NATO telah "benar-benar terkesampingkan".
Baca juga: Ketua Komisi Uni Afrika Sebut Perang di Ukraina Mengancam Geopolitik Hingga Ekonomi Global
Baca juga: Zelensky: Ukraina Tidak akan Serahkan Tanahnya sebagai Imbalan Berakhirnya Perang dengan Rusia
- Ukraina kembali meminta lebih banyak senjata, termasuk beberapa sistem peluncuran roket untuk menandingi daya tembak Rusia.
"Kami membutuhkan bantuan kepada mitra kami - terutama, senjata untuk Ukraina. Bantuan penuh, tanpa pengecualian, tanpa batas, cukup untuk menang," kata Presiden Volodymyr Zelenskiy dalam pidato nasionalnya.
Kuleba menambahkan, negaranya sangat membutuhkan beberapa sistem peluncuran roket untuk menandingi daya tembak Rusia.
- Zelenskiy menolak gagasan bahwa negaranya harus menyerahkan wilayah untuk berdamai dengan Rusia.
"Tajuk rencana mulai muncul di beberapa media barat yang menyatakan bahwa Ukraina harus menerima apa yang disebut 'kompromi sulit' dengan menyerahkan wilayah sebagai imbalan perdamaian," katanya dalam pidato Rabu malam.
Mereka yang menyarankan Ukraina untuk menyerahkan wilayah, gagal melihat orang-orang biasa, yang benar-benar tinggal di wilayah yang mereka usulkan untuk ditukar dengan ilusi perdamaian.
Penasihat presiden Oleksiy Arestovych menambahkan, "Tidak ada yang akan memperdagangkan satu gram kedaulatan kami atau satu milimeter pun wilayah kami."
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.