Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Stok Ayam di Singapura Langka, Harga Melonjak Drastis Hingga Penjual Nasi Hainan Berhenti Berjualan

Usai Malaysia melarang kegiatan ekspor ayam, kini harga ayam potong di Singapura melonjak sebanyak 13 ringgit per kilogram.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Stok Ayam di Singapura Langka, Harga Melonjak Drastis Hingga Penjual Nasi Hainan Berhenti Berjualan
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Foto Ilustrasi - Stok Ayam di Singapura Langka, Harga Melonjak Drastis Hingga Penjual Nasi Hainan Berhenti Berjualan 

Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA – Usai Malaysia melarang kegiatan ekspor ayam, kini harga ayam potong di Singapura melonjak sebanyak 13 ringgit per kilogram.

Hal ini lantas memicu kepanikan akan adanya krisis protein hingga membuat sejumlah restoran nasi Hainan di Maxwell Food Center Singapura terpaksa berhenti berjualan.

Meskipun bukan berasal dari Singapura, namun keberadaan nasi ayam Hainan tidak bisa lepas dari masyarakat Singapura, bahkan menu ini jadi salah satu makanan nasional yang wajib disajikan dalam setiap acara.

Baca juga: Cegah Krisis Protein Hewani, Malaysia Larang Peternak Ekspor Daging Ayam, Berlaku 1 Juni

Larangan impor yang dilakukan Malaysia tak hanya mendorong krisis dan lonjakan pada komoditas ayam, namun juga memaksa para penjual nasi ayam Hainan untuk menutup gerainya hingga membuat jutaan warga Singapura terancam tidak lagi dapat menikmati menu nasi ayam satu ini.

Tian Tian Hainanese Chicken misalnya, restoran satu ini mengumumkan telah berhenti menyajikan hidangan ayam, karena tidak bisa mendapatkan pasokan ayam segar.

Demi menghindari kerugian pada gerainya, Foo Kui Lian pemilik Tian Tian Hainanese Chicken memilih untuk berhenti menjual Nasi Hainan sebagai menu andalannya .

"Kami tidak akan menggunakan ayam beku, gantinya kami akan membawa kembali hidangan lain seperti tahu goreng, potongan daging babi goreng, dan salad udang," kata Foo Kui Lian, dikutip dari straitstimes.

Nasi Hainan
Nasi Hainan (Tribun Jogja/Hamim Thohari)

Kondisi serupa juga dialami oleh gerai nasi Ayam Ming Kee di Bishan, selama beberapa hari terakhir restoran nasi ayam ini nekat menjual ayam beku demi mempertahankan usaha restorannya agar tidak gulung tikar.

Meski rasa yang ditawarkan sedikit berbeda namun Sharonne Tan, chief operating officer dari restoran Ming Kee mengungkap bahwa cara ini dapat mengurangi pembengkakan kerugian.

“Kami akan terus menjualnya untuk saat ini, meskipun kami harus menggunakan ayam beku,” kata Tan pria berusia 59 tahun itu.

Langkanya pasokan ayam mentah di Singapura bahkan mendorong seorang netizen untuk menjual nasi ayam di situs online dengan harga yang tak masuk akal.

Dengan mencantumkan caption "Langka!!”, satu menu Chicken Chop dibanderol dengan harga 3.000 dolar AS.

Sebelum krisis ayam makin meluas, pada pekan lalu Badan Makanan Singapura (SFA) telah meningkatkan pasokan impor ayam sebanyak 30 hingga 40 persen per hari, dari 25 Mei sampai 31 Mei 2022.

Baca juga: BI Prediksi Inflasi Mei di Kisaran 0,35 Persen, Bawang Merah dan Telur Ayam Jadi Penyumbang Utama

BERITA REKOMENDASI

Namun langkah tersebut tampaknya belum mampu menghentikan kepanikan masyarakat Singapura dalam menghadapi krisis ayam impor.

Lebih lanjut, untuk mencegah lonjakan harga ayam yang lebih tinggi, kini SFA tengah berupaya mencari sumber alternatif lain dengan meningkatkan pasokan ayam dari Amerika dan Brasil.

Dengan cara ini SFA optimis rantai pasokan ayam di negaranya bisa kembali normal seperti sebelumnya.

Pasokan Ayam di Malaysia Kian Menipis

Malaysia resmi memberlakukan larangan ekspor untuk semua jenis daging ayam.

Pengumuman ini disampaikan Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob, usai pemerintah melakukan rapat kabinet pada Senin (23/5/2022).

Baca juga: Peneliti Sebut Perang di Ukraina Jadi Alarm Ketahanan Pangan Indonesia

Larangan ekspor tersebut dilakukan lantaran pasokan daging ayam yang ada di negeri Jiran kian menipis, pemerintah khawatir jika kegiatan ekspor terus dilakukan maka hal ini akan memicu munculnya krisis protein hewani dikalangan masyarakat Malaysia.

“Prioritas pemerintah adalah rakyat kita sendiri,” ujar Perdana Menteri Ismail.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas