Uni Eropa Sepakat Embargo Minyak Rusia setelah Berkompromi dengan Hongaria
Uni Eropa telah sepakat melakukan embargo impor minyak dari Rusia, setelah mencapai kesepakatan kompromi dengan Hongaria.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Para pemimpin Uni Eropa telah sepakat melakukan embargo impor minyak dari Rusia, setelah mencapai kesepakatan kompromi dengan Hongaria.
Embargo ini akan memangkas 90 persen impor minyak dari Rusia pada akhir tahun ini, yang artinya juga memotong sumber dana penting untuk invasi Moskow ke Ukraina.
Selama berminggu-minggu, Uni Eropa melakukan perundingan untuk melakukan embargo minyak Rusia.
Namun rencana sanksi ini mendapat perlawanan keras dari Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban, yang menilai kebijakan itu akan mengancam ekonomi negaranya.
Pada pertemuan di Brussels pada Senin (30/5/2022), pemimpin UE menyepakati kompromi dengan Hongaria yakni mengecualikan pengiriman yang tiba di Eropa melalui pipa Druzhba.
Baca juga: Thailand Laporkan Kasus Pertama Monkeypox, Penumpang yang Transit dari Eropa Disebut Alami Gejala
Baca juga: Berbincang dengan Erdogan, Putin Ungkap Kesiapan Rusia Ekspor Pupuk dan Makanan Jika Sanksi Dicabut
"Perjanjian untuk melarang ekspor minyak Rusia ke UE. Ini segera mencakup lebih dari dua pertiga impor minyak dari Rusia, memotong sumber pembiayaan yang sangat besar untuk mesin perangnya," kata kepala Dewan Eropa, Charles Michel, dalam sebuah tweet di akhir hari pertama pertemuan puncak dua hari para pemimpin.
"Tekanan maksimum pada Rusia untuk mengakhiri perang," tambah Michel, dikutip dari Al Jazeera.
Kepala Eksekutif UE, Ursula von der Leyen, mengatakan langkah itu akan memangkas sekitar 90 persen impor minyak dari Rusia ke UE pada akhir tahun.
Dua anggota UE, Jerman dan Polandia, telah berjanji untuk mengakhiri pengiriman melalui pipa.
Dua pertiga minyak Rusia yang diimpor ke UE, dikirim oleh kapal tanker dan sepertiganya oleh pipa Druzhba.
Embargo akan mencapai 90 persen setelah Polandia dan Jerman, yang menerima pasokan melalui pipa, berhenti menerima pengiriman pada akhir tahun.
Sisanya yakni 10 persen, akan dibebaskan sementara dari sanksi.
"Sisanya sekitar 10-11 % yang ditutupi oleh Druzhba selatan," kata Von der Leyen, mengacu pada pipa Rusia yang memasok minyak ke Hongaria, Slovakia dan Republik Ceko.
Sehingga Hungaria, Slovakia, dan Republik Ceko tetap mendapat akses ke bahan bakar yang tidak dapat diganti dengan mudah.
Kompromi ini menandai sanksi lain yang juga diterapkan, termasuk memutuskan sambungan bank terbesar Rusia Sberbank dari sistem SWIFT global, melarang tiga lembaga penyiaran negara, dan memasukkan orang-orang yang dipersalahkan atas kejahatan perang dalam daftar hitam.
Kritik Tajam dari Zelensky
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidatonya di KTT mengecam para pemimpin UE karena menurutnya terlalu lunak pada Moskow.
"Mengapa Anda bergantung pada Rusia, pada tekanan mereka, dan bukan sebaliknya? Rusia harus bergantung pada Anda. Mengapa Rusia masih bisa menghasilkan hampir satu miliar euro per hari dengan menjual energi?" kata Zelensky.
Blok beranggotakan 27 negara ini telah meluncurkan lima paket sanksi sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Namun perundingan alot mewarnai paket sanksi embargo minyak, karena banyaknya negara yang bergatung pada Rusia untuk memasok energinya.
Ramanan Krishnamoorti, profesor teknik perminyakan di University of Houston di Amerika Serikat, mengatakan dampak embargo minyak Rusia oleh UE mungkin tidak sefatal yang diperkirakan.
Apalagi jika negara-negara seperti India dan China ikut campur.
"Mereka akan dapat membeli minyak Rusia yang didiskon dengan harga lebih rendah daripada beberapa bulan terakhir," kata Krishnamoorti kepada Al Jazeera.
Baca juga: Analisis Citra Satelit Tunjukkan Rusia Sengaja Menyerang Warisan Budaya Ukraina, Targetkan Museum
Baca juga: Presiden Amerika: Washington Tidak akan Kirim Roket Jarak Jauh ke Ukraina yang Bisa Menjangkau Rusia
Dia juga memperkirakan embargo juga bisa memiliki implikasi positif bagi Iran dan Venezuela.
"Mereka mungkin bisa bersahabat dengan Eropa dan AS dan memulai cara untuk menormalkan kemampuan mereka untuk memperkenalkan kembali energi mereka kembali ke pasar dunia," tambahnya.
KTT itu juga membawa dukungan politik untuk paket pinjaman Uni Eropa senilai sembilan miliar euro ($9,7 miliar), dengan komponen kecil hibah untuk menutupi sebagian bunga, bagi Ukraina untuk mempertahankan pemerintahannya dan membayar upah selama sekitar dua bulan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)