Jejak Kehadiran Kolonel Polandia Ditemukan di Kota Severodonetsk Ukraina
Dokumen tersebut berisi data diri Kolonel Dariusz Majchrzak, ditemukan di sebuah mobil KIA Sorento di Severodonetsk.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, SEVERODONETSK – Situs analisis intelijen Southfront.org mempublikasikan temuan dokumen, jejak kehadiran seorang kolonel militer Polandia di Severodonetsk, Ukraina.
Kota ini jadi pertahanan kuat pasukan Ukraina di wilayah timur, sesudah Mariupol jatuh. Dokumen menyerupai paspor atau BPKB itu ditemukan tentara Rusia pada 6 Mei 2022.
Dokumen tersebut berisi data diri Kolonel Dariusz Majchrzak, ditemukan di sebuah mobil KIA Sorento yang ditinggalkan penumpangnya saat pasukan Rusia menggempur bagian kota itu.
Dokumen tersebut mengkonfirmasi ada perwira militer anggota NATO dikerahkan di Severodonetsk dan sekarang diduga bersembunyi di pabrik kimia Azot.
Baca juga: Pejabat Ukraina: Sekitar 80 Persen dari Severodonetsk Diduduki oleh Pasukan Rusia
Baca juga: Zelensky Akui Serangan Balik untuk Rebut Kembali Severodonetsk Berisiko Besar
Baca juga: Dua Jurnalis Terluka saat Hendak ke Severodonetsk dengan Kendaraan yang Disediakan Pasukan Pro Rusia
Tidak jelas apakah kendaraan itu milik Dariusz Majchrzak, pernah digunakannya, atau milik orang lain yang membawa perwira itu.
Kolonel Dariusz Majchrzak adalah Wakil Rektor Bidang Militer Universitas Studi Perang, ASzWoj, di Polandia. Dia belajar di Akademi Perwira di Wroclaw, bertugas di Divisi Kavaleri Lapis Baja ke-11.
Dia telah berulang kali berpartisipasi dalam organisasi dan pelaksanaan latihan militer baik di tingkat nasional maupun internasional.
Pada 2005-2006, ia menjabat sebagai spesialis senior Grup Penasehat dan Pelatihan Divisi sebagai bagian dari kontingen militer Polandia di Republik Irak.
Penelitian ilmiahnya didedikasikan untuk masalah keamanan nasional dan internasional. Dia mempelajari ancaman modern, manajemen krisis, terutama di Uni Eropa dan di Polandia.
Southfront masih belum menyebutkan spekulasi Kolonel Dariusz Majchrzak mungkin terbunuh atau mungkin dia masih di Severodonetsk.
Atau apakah dia sudah meninggalkan kota itu dan keluar dari Ukraina. Dokumen tersebut dapat dianggap sebagai bukti pertama partisipasi militer Polandia dalam perang melawan Rusia.
Pada 24 Mei, muncul video pendek berisi rekaman seseorang mengenakan seragam tempur, mengaku instruktur militer asal AS. Ia terlihat di kota Krivoy Rog di Ukraina.
Seorang penduduk setempat merekamnya saat ia seperti hendak menggunakan mesin ATM. Ia di kanal Telegram “Kherson Bulletin”, mengaku dari Kalifornia.
Misteri Peran Langsung NATO
Video ini belum terkonfirmasi apakah benar orang itu anggota militer AS atau bukan. Tapi pengakuannya meneguhkan misteri kehadiran militer AS di Ukraina.
Secara resmi, AS dan Eropa terus melatih prajurit Ukraina menggunakan wilayah salah satu negara tetangga, yaitu Polandia.
Selain dari AS, Kanada, Inggris, dan anggota NATO lain, muncul para pelatih militer dari Kolombia di medan konflik dekat Ukraina.
Video lain yang beredar di media sosial menunjukkan medan pertempuran di jalan raya antara kota Bakhmut dan Lisichansk.
Video itu direkam seorang tentara bayaran asing. Rembakan mortar menghujani jalur yang dilintasi, dan sudah penuh timbunan tanah penghadang.
Video tersebut mengkonfirmasi jalan itu berada di bawah kendali tembakan pasukan Rusia.
Posisi itu secara signifikan memperumit pasokan senjata militer ke kelompok Ukraina yang ditempatkan di wilayah Severodonetsk.
Video yang beum terkonfirmasi itu juga menegaskan AS tidak hanya mengirim "instruktur militer" ke Ukraina.
Perkembangan lain dari Donetsk, pada 6 Juni 2022, Mahkamah Agung Republik Rakyat Donetsk memeriksa kasus pidana terhadap dua tentara bayaran dari Inggris dan satu dari Maroko.
Keduanya ditahan di Ukraina Timur. Ketua DPR Denis Pushilin menegaskan hukuman mati bagi tentara bayaran asing tidak dikecualikan.
Tentara bayaran Inggris mengajukan banding ke Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dengan permintaan untuk menukar mereka dengan tawanan Rusia,
Tetapi London menolak untuk membantu mereka, karena seharusnya tidak ada warga Inggris yang berperang di Ukraina.
Kejaksaan Agung Republik Rakyat Donetsk sebelumnya telah menyelesaikan penyelidikan kasus pidana terhadap tentara bayaran dari Inggris, Shaun Pinner dan Aiden Daniel John Mark Aslin.
Serta satu lagi pria asal Maroko, Saadoun Brahim. Mereka didakwa ikut serta dalam persiapan dan pelaksanaan permusuhan terhadap DPR.
Mereka juga disangka melakukan kegiatan bayaran dan menerima komisi dari sekelompok orang yang bertujuan untuk merebut kekuasaan secara paksa dan secara paksa mengubah tatanan konstitusional DPR.
Menurut KUHP Republik Donetsk, aktivitas tentara bayaran diancam dengan hukuman penjara selama 3 hingga 7 tahun.
Merebut kekuasaan di DPR secara paksa terancam hukuman penjara 12 hingga 20 tahun, dan di masa perang mereka dapat dijatuhi hukuman mati.
Aktivitas tentara bayaran diakui sebagai kejahatan oleh hukum internasional. Konvensi Jenewa tidak berlaku untuk tentara bayaran yang tertangkap dalam peperangan.(Tribunnews.com/Southfront/xna)