Iran Singkirkan 27 Kamera Pengawas PBB dari Pusat Fasilitas Nuklir
Otoritas Iran dilaporkan telah memutus 27 kamera pengawas PBB yang dipasang Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada fasilitas nuklir
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, DUBAI – Otoritas Iran dilaporkan telah memutus 27 kamera pengawas PBB yang dipasang Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada fasilitas nuklir yang ada di negara itu.
Melansir dari Aljazeera, pencopotan ini sengaja dilakukan Iran sebagai bentuk pembalasan atas sikap dewan gubernur IAEA yang telah mengkritik Teheran karena gagal menjelaskan kandungan partikel uranium yang ada di situs nuklir yang tak disebutkan Iran dalam pembicaraan perjanjian nuklir 2015.
Sebagai informasi perundingan tersebut merupakan pembicaraan lanjutan antara IAEA dan Iran, terkait rencana untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran tahun 2015 yang sempat terhenti sejak April lalu.
Baca juga: Pendukung Putin Beri Ancaman Sebut Perang Nuklir akan Terjadi, Kesal Barat Terus Bantu Ukraina
Namun dalam kesempatan tersebut sebagian pakar IAEA justru menuding Iran telah membuat satu bom nuklir dari cadangan uraniumnya yang saat ini telah mencapai 60 persen.
Hal inilah yang membuat Iran jengkel hingga pihaknya memutus akses kamera pengintai Online Enrichment Monitor (OLEM) dari pusat fasilitas nuklir Iran.
“Program ini hanya untuk tujuan damai, meskipun para ahli PBB dan badan-badan intelijen Barat mengatakan Iran memiliki program nuklir militer terorganisir,” ujar Kementerian Luar Negeri Iran.
Dengan adanya pencopotan 27 kamera OLEM kini IAEA kehilangan sebagian kemampuannya untuk memata-matai kegiatan nuklir yang dijalankan oleh pemerintah Iran.
Baca juga: Rusia Sebut Situasi Saat Ini Tak Mungkin Bicarakan Soal Nuklir Dengan AS
Kamera OLEM sebelumnya telah dipasang IAEA melalui persetujuan Iran pada Februari 2021 lalu, dengan tujuan untuk memulihkan kesepakatan atom.
Dengan memasang puluhan kamera, IAEA dapat memantau kegiatan Iran dalam menjalankan situs-situs nuklirnya, termasuk fasilitas pengayaan nuklir bawah tanah Natanz, serta fasilitasnya di Isfahan.
“Ini akan menjadi pukulan telak bagi perundingan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran dengan kekuatan dunia, ketika kita kehilangan akses untuk memantau fasilitas nuklir maka siapa pun jadi menduga-duga,” ujar Dirjen IAEA, Rafael Mariano Grossi.
Meski tindakan yang diambil Iran memicu pertentangan dari berbagai pihak, hingga membuat IAEA mengancam untuk menghentikan pembicaraan penghidupan kembali kesepakatan 2015. Namun hal tersebut tampaknya tak cukup mampu membuat Iran untuk mengaktifkan lagi kamera pengawas di fasilitas nuklirnya.