Pejabat Separatis Donetsk: Pasukan Ukraina Cuma Punya Dua Pilihan, Menyerah atau Mati
Pemimpin separatis Republik Rakyat Donetsk (DPR) di Ukraina timur mengatakan bahwa pasukan Ukraina di Severodonetsk harus memilih menyerah atau mati.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
Wilayah Luhansk, yang secara kolektif disebut Donbas bersama wilayah tetangganya Donetsk, menjadi pusat peperangan invasi Rusia di Ukraina.
Saat ini, sebagian besar wilayah Luhansk sudah berada di bawah kendali Rusia.
Fokus pertempuran adalah di kota kembar Severodonetsk dan Lysychansk.
Di sana, pasukan Rusia telah menghancurkan dua dari tiga jembatan antar kota-kota dan menembaki jembatan ketiga.
Serhiy Hayday menilai, pasukan Putin ingin memutus akses ke Severodonetsk.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan pertarungan di wilayah ini menentukan hasil perang di timur Ukraina.
Rusia Dituduh Melakukan Kejahatan Perang
Amnesty International menuduh Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina.
Serangan Rusia di Kharkiv disebut banyak menggunakan senjata terlarang, bom tandan, dan telah menewaskan ratusan warga sipil.
"Pemboman berulang terhadap lingkungan perumahan di Kharkiv adalah serangan membabi buta yang menewaskan dan melukai ratusan warga sipil, dan dengan demikian merupakan kejahatan perang."
"Hal ini berlaku baik untuk serangan yang dilakukan dengan menggunakan tandan (munisi) maupun yang dilakukan dengan menggunakan roket tak terarah dan peluru artileri tak terarah lainnya," kata kelompok hak asasi manusia ini dalam laporannya, Senin (13/6/2022), dikutip dari The Guardian.
Amnesty mengatakan telah menemukan bukti tentang penggunaan bom cluster 9N210 dan 9N235 secara berulang oleh pasukan Rusia di Kharkiv serta ranjau darat yang tersebar.
Semua senjata ini dilarang berdasarkan konvensi internasional.
Bom cluster melepaskan lusinan bom atau granat di udara, menyebarkannya tanpa pandang bulu di atas ratusan meter persegi.