Rusia Dituduh Gunakan Senjata Pemusnah Massal, Bom yang Lebih Merusak dari Peledak Konvensional
Diketahui Ukraina dan negara-negara NATO, termasuk Inggris, menuduh Rusia menggunakan senjata termobarik.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Finlandia, Sauli Niinistö, mengatakan terkait perang antara Ukraina dan Rusia, di mana kini saling menggunakan senjata yang lebih berat.
Dikatakannya, Rusia kini bom termobarik.
Niinistö mengatakan soal dukungannya terhadap Ukraina, termasuk mendukung dalam hal persenjataan yang lebih berat.
"Kami mendukung Ukraina, di sisi lain Rusia juga mulai menggunakan senjata yang sangat kuat."
"Bom termobarik yang sebenarnya adalah senjata pemusnah massal," katanya dikutip Tribunnews dari The Guardian.
Baca juga: Rusia Kenalkan Sistem Pajak Baru di Zaporizhia Ukraina: Penjual Alkohol dan Tembakau Bayar 10 Persen
Diketahui Ukraina dan negara-negara NATO, termasuk Inggris, menuduh Rusia menggunakan senjata termobarik.
Senjata tersebut diklaim lebih merusak daripada bahan peledak konvensional.
Intelijen Ukraina: Jika Rusia Kuasai Donbas, Mereka Bisa Serang Wilayah Lain hingga Seluruh Ukraina
Diberitakan sebelumnya, Vadym Skibitsky, Wakil Kepala Intelijen Militer Ukraina, mengungkap mengenai kondisi tiga garis depan dalam perang melawan Rusia.
Skibitsky mengatakan sebagian besar pasukan Rusia sekarang terkonsentrasi di wilayah Donbas dan berusaha menduduki perbatasan administratif republik Donetsk dan Luhansk.
Di daerah tersebut terjadi pertempuran artileri yang paling berat.
Sementara di timur laut Ukraina, sekitar Kharkiv, dia mengatakan pasukan Rusia fokus pada pertahanan setelah serangan balasan Ukraina mendorong mereka keluar dari beberapa kota dan desa di wilayah itu pada Mei 2022.
“Ancaman terhadap Kharkiv telah berkurang,” kata Skibitsky, diktip Tribunnews dari The Guardian.
Baca juga: Militer Ukraina Hampir Kehabisan Amunisi dalam Perang Lawan Rusia, Satu Hari Pakai 6.000 Peluru
Terakhir, di Zaporizhzhia dan Kherson, dua wilayah selatan Ukraina yang hampir seluruhnya diduduki Rusia, pasukan Rusia menggali untuk jangka panjang, kata Skibitsky.