Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Pencari Suaka Inggris yang Terancam Dideportasi ke Rwanda: Didorong dan Dipukul

Seorang pencari suaka yang dijadwalkan dalam penerbangan deportasi pertama Inggris ke Rwanda, mengaku dirinya dipukul, ditendang dan didorong.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Kisah Pencari Suaka Inggris yang Terancam Dideportasi ke Rwanda: Didorong dan Dipukul
NIKLAS HALLE'N / AFP
Para pengunjuk rasa memegang poster ketika mereka berkumpul di luar Home Office di pusat kota London pada 13 Juni 2022, untuk berdemonstrasi menentang niat pemerintah Inggris untuk mendeportasi pencari suaka ke Rwanda. Seorang pencari suaka yang akan dideportasi ke Rwanda menceritakan perlakuan petugas kepadanya. 

Ia menaiki sebuah truk yang diorganisir oleh pedagang manusia.

Zahir kemudian tiba di Calais, Prancis dan menghabiskan sembilan hari sebelum menyeberangi Selat Inggris untuk mencapai Inggris.

Tetapi kurang dari sebulan kemudian, Zahir diberitahu oleh pejabat bahwa dia masuk rombongan pertama orang-orang yang akan dideportasi ke Rwanda.

Pesawat pertama harusnya berangkat ke Rwanda pada Selasa (14/6/2022) malam.

Tetapi penerbangan dihentikan 40 menit sebelum lepas landas setelah Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa mengeluarkan perintah untuk mencegah para migran itu dideportasi.

Zahir belum sempat naik ke pesawat.

Ia diberitahu tiketnya dibatalkan saat baru tiba di Boscombe Down di Amesbury, tempat pesawat itu akan berangkat.

Berita Rekomendasi

"Mereka bilang 'maaf tiketmu dibatalkan', saya bilang 'jangan minta maaf, saya sangat senang'," katanya.

Meskipun penerbangan deportasi tidak dilanjutkan, Menteri Dalam Negeri Priti Patel mengatakan pemerintah akan terus melakukan kebijakan itu, meski mendapat kecaman keras terutama dari aktivis HAM.

Pemerintah berpendapat bahwa skema deportasi tersebut akan mencegah migran dieksploitasi oleh pedagang manusia.

Para pedagang manusia biasanya membawa para pengungsi dalam perjalanan berbahaya melintasi Selat Inggris.

Mitie mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penahanan hanya digunakan sebagai upaya terakhir, demi memastikan keselamatan para pengungsi dan anggota stafnya.

"Penahanan diperlukan termasuk untuk pencegahan cedera atau melukai diri sendiri."

"Fokus kami adalah memperlakukan orang-orang dengan bermartabat dan hormat, dan kami yakin bahwa petugas kami telah bertindak secara profesional," ungkap Mitie.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas