Rusia Ancam Barat, 'Semakin Banyak Senjata Dipasok Semakin Berat Penderitaan Warga Ukraina'
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memperingatkan negara-negara Barat, bahwa memperbanyak pengiriman senjata ke Ukraina
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengancam negara-negara Barat, bahwa memperbanyak pengiriman senjata ke Ukraina hanya menambah peperangan.
Menteri Lavrov mengklaim bahwa posisi negara Barat dalam hal situasi di Ukraina benar-benar kontraproduktif dan berbahaya.
“Semakin banyak senjata dipompa ke Ukraina, semakin lama konflik ini akan berlangsung, semakin lama penderitaan rezim Nazi, yang didukung oleh ibu kota Barat, akan berlangsung,” katanya dalam jupa pers, Selasa (28/6/2022).
Dalam konteks ini, Lavrov mengomentari politisi Ukraina dan Barat
Dalam tuduhan terkait dengan pusat perbelanjaan di kota Kremenchug Ukraina, yang diduga dihantam pada hari Senin oleh pasukan Rusia.
Baca juga: Dekat dengan Rusia, G7 Minta China Menekan Moskow Hentikan Perang di Ukraina
Menteri merujuk pada pernyataan sebelumnya oleh Kementerian Pertahanan Rusia yang menyatakan bahwa militer menargetkan hanggar dengan senjata dan amunisi Amerika dan Eropa.
Detonasi membakar pusat perbelanjaan, yang kosong, Lavrov menekankan.
“Saya mengatakannya untuk menekankan fakta bahwa semakin lama senjata dipasok, yang dirancang untuk memperpanjang konflik, memperpanjang penderitaan warga sipil yang terus-menerus hidup di bawah pengeboman oleh gerakan neo-Nazi Ukraina, semakin banyak misi yang akan kami lakukan di Ukraina,” kata Lavrov.
Dia menambahkan bahwa "misi ini akan selesai."
Pernyataan Lavrov datang ketika para pemimpin G7 setuju untuk terus mendukung Ukraina, baik secara militer maupun finansial, “selama yang dibutuhkan.”
Baca juga: Rusia Gagal Bayar Utang Luar Negeri untuk Pertama Kali Sejak 1917, Apa Artinya?
Dukungan G7 ke Ukraina
Sebelumnya Kelompok Tujuh (G7) berjanji untuk memberikan dukungan kepada Ukraina dalam segala bentuk yang mungkin "selama dibutuhkan," menurut rancangan komunike pertemuan puncak yang sedang berlangsung.
Diberitakan Russia Today mengutip dari Bloomberg, pertemuan tiga hari para pemimpin G7 dimulai pada hari Minggu di Bavaria, Jerman, dengan agenda yang didominasi konflik Ukraina.
"Kami akan terus memberikan dukungan keuangan, kemanusiaan, militer dan diplomatik dan mendukung Ukraina selama yang diperlukan," demikian bunyi draf pernyataan para pemimpin tersebut.