Kasus Cacar Monyet di Eropa Naik Tiga Kali Lipat, Sumbang 90 Persen dari Total Kasus Global
Kasus cacar monyet di Eropa naik tiga kali lipat dalam dua minggu terkahir hingga menyumbang 90 persen dari total kasus global saat ini.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa, dokter Hans Kluge memperingatkan bahwa kasus monkeypox atau cacar monyet di kawasan itu telah meningkat tiga kali lipat dalam dua minggu terakhir, Jumat (1/7/2022).
Peningkatan upaya diperlukan meskipun keputusan WHO pekan lalu mengatakan wabah yang meningkat belum menjamin dinyatakan sebagai darurat kesehatan global, kata Kluge.
"Tindakan mendesak dan terkoordinasi sangat penting jika kita ingin mengubah arah dalam perlombaan untuk membalikkan penyebaran penyakit ini yang sedang berlangsung," kata Kluge seperti dikutip The Associated Press.
Hingga saat ini, lebih dari 5.000 kasus cacar monyet telah dilaporkan dari 51 negara di seluruh dunia yang biasanya tidak melaporkan penyakit tersebut, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Kluge mengatakan jumlah kasus di Eropa mewakili sekitar 90 persen dari total global, dengan 31 negara di kawasan Eropa telah mengidentifikasi cacar monyet.
Kluge mengatakan data yang dilaporkan ke WHO menunjukkan bahwa 99 persen kasus terjadi pada pria, yang sebagian besar berhubungan seks dengan pria.
Baca juga: Karakteristik Monkeypox atau Cacar Monyet, Bisa Sembuh Sendiri setelah Masa Inkubasi Selesai
Namun dia mengatakan sekarang ada "sejumlah kecil" di antara kontak rumah tangga, termasuk anak-anak.
Kebanyakan orang melaporkan gejala termasuk ruam, demam, kelelahan, nyeri otot, muntah dan kedinginan.
Para ilmuwan memperingatkan siapa pun yang melakukan kontak fisik dekat dengan seseorang yang menderita cacar monyet atau pakaian atau seprai mereka berisiko terinfeksi.
Populasi rentan seperti anak-anak dan wanita hamil diperkirakan lebih mungkin menderita penyakit parah.
Sekitar 10 persen pasien dirawat di rumah sakit untuk perawatan atau diisolasi, dan satu orang dirawat di unit perawatan intensif.
Tidak ada kematian yang dilaporkan.
Kluge mengatakan masalah stigmatisasi di beberapa negara mungkin membuat beberapa orang waspada mencari perawatan kesehatan.
WHO telah bekerja sama dengan mitra termasuk penyelenggara acara kebanggaan gay, kata Kluge.