Shinzo Abe di Mata Vladimir Putin: Negarawan Luar Biasa, Ciptakan Hubungan Bertetangga yang Baik
Presiden Rusia Vladimir Putin turut menyampaikan belasungkawanya terkait kematian mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe yang tewas tertembak
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Presiden Rusia Vladimir Putin turut menyampaikan belasungkawanya terkait kematian mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe yang tewas tertembak pada Jumat siang waktu Jepang.
Putin bahkan mengibaratkan kematian Abe sebagai 'kehilangan yang tak tergantikan'.
Baca juga: Kanselir Jerman Terkejut dan Sangat Berduka Mendengar Shinzo Abe Tewas Tertembak
Dikutip dari laman Al Jazeera, Sabtu (9/7/2022), dalam sebuah pesan telegram yang dikirimkan kepada keluarga Abe, ia menyebut sosok penggagas kebijakan 'Abenomics' itu sebagai seorang 'negarawan luar biasa'.
Hal itu karena Abe telah melakukan banyak hal untuk mengembangkan 'hubungan bertetangga yang baik antara negara'.
Perlu diketahui, mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe, salah satu pemimpin paling berpengaruh dalam sejarah pascaperang Jepang, dinyatakan meninggal dunia pada Jumat sore waktu setempat.
Baca juga: Kenang Shinzo Abe, Sekjen PBB Senang Bisa Kenal dan Melihat Komitmennya Pada Multilateralisme
Ia menghembuskan nafas terakhirnya setelah ditembak saat sedang menyampaikan pidatonya dalam kampanye untuk anggota partainya di kota Nara.
Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida sebelumnya menggambarkan bahwa Abe sedang dalam 'kondisi serius' setelah tidak sadarkan diri pasca mengalami tembakan pada bagian leher dan dada.
Baca juga: Joe Biden Kenal Saat Jadi Wapres Obama, Terkesan Pada Shinzo Abe yang Dedikasikan Hidup untuk Rakyat
Beberapa jam setelah penembakan, Abe dinyatakan meninggal pada usia 67 tahun.
Terkait jejak politiknya, Abe merupakan Perdana Menteri terlama di Jepang, dengan dua masa jabatan dari periode 2006 hingga 2007 dan 2012 hingga 2020.
Masa jabatan Abe diwarnai oleh skandal dan perselisihan, dan ia akhirnya mengundurkan diri dengan alasan kesehatan yang buruk.
Dirinya kemudian mengakui bahwa ia sedang menderita penyakit yang didiagnosis sebagai kolitis ulserativa.
Kendati mengaku sedang sakit, Abe tetap mendominasi Partai Demokrat Liberal (LDP).
Ia memimpin faksi terbesar partai dan ada pembicaraan bahwa dirinya sedang mempertimbangkan untuk kembali ke panggung politik jika ada kesempatan.