PBB Sebut Perang Rusia-Ukraina Dorong 71 Juta Orang Masuk Dalam Jurang Kemiskinan
Perang antara Rusia dan Ukraina memicu gejolak ekonomi global hingga membuat 71 juta orang di negara berkembang dilanda kemiskinan serta kelaparan
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, KYIV – Perang antara Rusia dan Ukraina tak hanya membuat ekonomi dua negara ini hancur, namun juga telah memicu gejolak ekonomi global hingga membuat 71 juta orang di negara berkembang dilanda kemiskinan serta kelaparan massal.
Lonjakan tersebut terjadi imbas meroketnya harga pangan dan bahan bakar yang dipatok di pasar internasional.
Hal inilah yang membuat beberapa negara mengalami inflasi hebat seperti Turki, Inggris, AS hingga Jerman.
Baca juga: Rusia Kebakaran Jenggot Dengar AS Akan Kirim HIMARS Lagi, Ingin Konflik Ukraina Tak Kunjung Berakhir
Tak hanya negara maju saja yang terdampak pengetatan harga pangan dan energi, sekitar 159 negara berkembang asal Timur Tengah, wilayah Laut Kaspia, sejumlah negara di Asia dan Afrika Sub-Sahara juga turut merasakan efek domino dari memanasnya perang di Ukraina.
Melansir dari Al Jazeera, tiga bulan pertama sejak Rusia mulai menginvasi Ukraina Program Pembangunan PBB (UNDP) mencatat setidaknya sudah ada 71 juta orang yang jatuh ke dalam jurang kemiskinan, jumlah ini bertambah pesat seiring dengan melonjaknya berbagai harga kebutuhan pokok.
Sebagai informasi, Rusia dan Ukraina merupakan pemasok komoditas energi dan pangan utama dunia. Sehingga ketika pasokan dari kedua negara ini macet, maka dampaknya bisa dirasakan oleh berbagai negara di belahan dunia.
Dimana per April 2022 Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat harga makanan dan minuman serta indeks non-bahan bakar, telah menyentuh rekor tertinggi tahun ini.
Pernyataan ini semakin diperjelas dengan data yang dilaporkan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (UN FAO) yang menyebut bahwa indeks pangan dunia selama April dan Mei melonjak 26 persen (yoy).
"Krisis biaya hidup ini membawa jutaan orang ke dalam kemiskinan dan bahkan kelaparan dengan kecepatan yang menakjubkan dan dengan itu, ancaman peningkatan kerusuhan sosial tumbuh dari hari ke hari," kata Achim Steiner, administrator UNDP.
Imbas dari memanasnya inflasi karena perang membuat prospek ekonomi global yang dirilis oleh Bank Dunia, diproyeksikan melambat menjadi 2,9 persen pada tahun 2022.
Baca juga: WFP Sebut Jutaan Orang di Ukraina Kesulitan Mencari Makanan
Lebih rendah dari proyeksi awal tahun kemarin dimana per Januari prospek ekonomi global dipatok sebesar 4,1 persen. Jumlah ini juga terpaut jauh apabila dibandingkan dengan tahun 2021 ketika ekonomi global bertumbuh di angka 5,7 persen.
“Perekonomian dunia kini diprediksi memasuki periode pertumbuhan lemah yang berkepanjangan seiring meningkatnya laju inflasi. Memperparah perlambatan ekonomi global, yang notabene belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemi Covid-19,” imbuh George Molina, kepala ekonom UNDP.
Demi mencegah semakin memburuknya kondisi ekonomi imbas inflasi, sejumlah negara kini mulai memperketat aturan moneternya diantaranya dengan membatasi perdagangan impor, memberikan pemotongan pajak, memberikan subsidi energi, serta menaikan suku bunga acuan seperti yang dilakukan AS baru-baru ini.