Inflasi AS Melonjak 9,1 Persen pada Juni, Level Tertinggi dalam 40 Terakhir
Inflasi Amerika Serikat (AS) melonjak 9,1 persen pada Juni 2022, di mana ini merupakan level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terkahir.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Inflasi Amerika Serikat (AS) melonjak 9,1 persen pada Juni 2022, menurut data baru yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS), Rabu (13/7/2022).
Dikutip dari CNN, inflasi naik ke level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun dan lebih tinggi dari Mei, ketika harga naik 8,6 persen.
Itu juga jauh lebih tinggi dari 8,8 persen yang diprediksi para ekonom, menurut Refinitiv.
Indeks Harga Konsumen untuk bulan Juni juga menunjukkan bahwa harga keseluruhan yang dibayar konsumen untuk berbagai barang dan jasa naik sebesar 1,3 persen dari Mei hingga Juni.
Sebagian besar kenaikan bulan Juni didorong oleh lonjakan harga bahan bakar, yang naik hampir 60 persen sepanjang tahun.
Orang Amerika menghadapi rekor harga gas tertinggi bulan lalu, dengan rata-rata nasional mencapai $5 (sekitar Rp 75.000) per galon di seluruh negeri.
Baca juga: Inflasi AS Tembus 9,1 Persen, Analis: Bisa Menekan Rupiah
Harga listrik dan gas alam juga naik masing-masing sebesar 13,7 persen dan 38,4 persen, untuk periode 12 bulan yang berakhir di bulan Juni.
Secara keseluruhan, harga energi naik 41,6 persen dari tahun ke tahun.
Namun, peningkatannya terasa di semua kategori.
Harga sejumlah bahan makanan naik 12,2 persen sepanjang tahun, dengan telur naik 33,1 persen, mentega naik 21,3 persen, susu naik 16,4 persen, ayam naik 18,6 persen, dan kopi naik 15,8 persen. Kemudian biaya tempat tinggal naik 5,6 persen.
Respons Joe Biden
Presiden AS Joe Biden mengatakan pembacaan inflasi Consumer Price Index (CPI) Juni sudah "ketinggalan zaman", karena harga gas telah turun dalam 30 hari terakhir.
Harga bahan bakar dan minyak mentah sekarang di bawah $100 (sekitar Rp 1.501.000) per barel, turun dari level tertingginya pada Juni.
"Energi saja mencakup hampir setengah dari kenaikan inflasi bulanan," kata Biden.
"Data hari ini tidak mencerminkan dampak penuh dari hampir 30 hari penurunan harga gas, yang telah mengurangi harga di pompa sekitar 40 sen sejak pertengahan Juni."
"Penghematan itu menyediakan ruang bernapas yang penting bagi keluarga Amerika. Dan, lainnya komoditas seperti gandum telah turun tajam sejak laporan ini," lanjutnya.
Baca juga: RI Perlu Ambil Pelajaran dari Bangkrutnya Sri Lanka, Analis Singgung Utang dan Inflasi, Masih Aman?
Biden juga menegaskan bahwa mengatasi inflasi adalah prioritas utamanya.
Lebih lanjut, rumah tangga di Amerika sekarang menghabiskan lebih dari $493 (sekitar Rp 7.400.000) per bulan untuk membeli barang dan jasa yang sama seperti yang mereka lakukan saat ini tahun lalu, kata Mark Zandi, kepala ekonom di Moody's Analytics.
Karena harga terus naik, mereka juga melampaui kenaikan upah.
Penghasilan per jam rata-rata riil merosot 1 persen dari Mei hingga Juni dan turun 3,6 persen dari Juni 2021, menurut data BLS terpisah yang dirilis Rabu.
"Inflasi telah mengikis sebagian besar keuntungan. Daya beli masyarakat turun," kata Kathy Jones, direktur pelaksana dan kepala strategi pendapatan tetap di Charles Schwab.
Baca juga artikel lain terkait Resesi Dunia
(Tribunnews.com/Rica Agustina)