Perdana Menteri Italia Mario Draghi Mengundurkan Diri, Tetapi Ditolak Presiden Sergio Mattarella
Setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengundurkan diri karena mosi tidak percaya parlemen, kini giliran Italia
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM – Gonjang-ganjing politik di Eropa terjadi di beberapa negara.
Setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengundurkan diri karena mosi tidak percaya parlemen, kini giliran Italia yang mengalami kejadian hampir sama.
Perdana Menteri Mario Draghi berupaya mengundurkan diri dari jabatannya pada Kamis (14/7/2022).
Namun usaha Mario Draghi tersebut ditolak oleh Presiden Italia Sergio Mattarella.
Baca juga: Pengganti Boris Johnson Belum Ditentukan, Ada 6 Kandidat yang Bersaing Perebutkan Kursi PM Inggris
Draghi mengumumkan niatnya untuk mundur setelah dia selamat dari mosi tidak percaya tetapi kehilangan dukungan dari mitra koalisi terbesarnya.
Draghi bertemu dengan Mattarella setelah mosi tidak percaya di Senat Italia pada sore hari. Sementara PM dengan nyaman selamat dari pemungutan suara dengan 172-39, pemungutan suara diboikot oleh Gerakan Bintang Lima, mitra terbesar dalam pemerintahan koalisi luas Draghi.
Setelah sebelumnya menyatakan bahwa dia tidak akan tetap berkuasa tanpa dukungan dari populis Bintang Lima, Draghi mengatakan bahwa dia akan mundur karena kondisi untuk memerintah “tidak ada lagi.”
Namun, Mattarella memiliki kekuatan untuk menerima atau menolak pengunduran diri perdana menteri, dan dia memilih opsi terakhir.
Langkah tersebut mengirim Draghi kembali ke Parlemen di mana mosi percaya baru kemungkinan akan diadakan. Jika Draghi memenangkan dukungan dari anggota parlemen, pemilihan cepat dapat dihindari.
Mattarella menunjuk Draghi, yang sebelumnya memimpin Bank Sentral Eropa, pada tahun 2021, dalam upaya untuk mencegah penurunan ekonomi ketika Italia pulih dari pandemi virus corona.
Namun, Draghi telah menghadapi kritik terus-menerus dari pemimpin Gerakan Bintang Lima, Giuseppe Conte, atas kenaikan inflasi dan biaya energi, serta dukungannya untuk sanksi Uni Eropa terhadap Rusia dan pengiriman senjata ke Ukraina.
Oposisi Conte terhadap Draghi mempersenjatai Kiev baru-baru ini memecah Gerakan Bintang Lima, dengan mantan Menteri Luar Negeri Luigi Di Maio pergi untuk membentuk faksi pro-Draghi sendiri.