Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tentara Bayaran Ukraina asal AS Tertangkap, Minta Tolong Pemerintah Washington

Alexander Drueke, mantan tentara AS yang bertempur di Ukraina meminta pertolongan pemerintah Washington agar memulangkannya dari Ukraina.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Tentara Bayaran Ukraina asal AS Tertangkap, Minta Tolong Pemerintah Washington
AFP/HANDOUT
Tangkapan layar ini diperoleh dari video selebaran yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 17 Mei 2022, menunjukkan anggota layanan Ukraina berbaring di tandu di dalam kendaraan saat mereka bersiap untuk dikawal oleh personel militer pro-Rusia setelah meninggalkan pabrik baja Azovstal yang terkepung di Kota pelabuhan Mariupol di Ukraina. (Photo by Handout / Russian Defence Ministry / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, DONETSK – Alexander Drueke, mantan tentara AS yang pergi berperang ke Ukraina, tertangkap di Kharkof, Ukraina.

Ia ditahan pasukan Republik Rakyat Donetsk. Lewat rekaman video, Drueke meminta pertolongan pemerintah AS di Washington.  

Warga Alabama itu lewat testimoni video mengaku diperlakukan baik oleh pasukan yang menahannya.

Rekaman video itu ditayangkan situs analisis intelijen Southfront.org, Selasa (19/7/2022). Tim pengelola situs itu menerima bahannya dari otoritas di Donetsk.

Baca juga: Tentara Bayaran Asal Inggris Meninggal Dalam Tahanan, Sakit dan Stres Negaranya Tak Peduli

Baca juga: AS-Rusia Gagal Bicarakan Tentara Bayaran, Nasib Huynh dan Drueke Makin Tak Jelas

Baca juga: Nasib Dua Tentara Bayaran AS di Ukraina, Terancam Vonis Mati, Terkatung-katung Diabaikan Negaranya

Alexander Drueke mengaku tertangkap 9 Juni 2022 di luar kota Kharkof. “Selama ditahan saya diperlakukan sangat baik. Saya punya makanan dan air,” kata Drueke.

“Saya memiliki akses ke bantuan hukum dan perawatan medis jika diperlukan. Tapi, tentu saja, saya lebih suka kembali ke rumah bersama keluarga saya,” lanjutnya.

“Jadi, saya memohon kepada pemerintah AS untuk menemukan cara mengembalikan saya ke rumah,” pintanya.

Berita Rekomendasi

“Saya mengerti telah terjadi pertukaran tahanan antara Ukraina dan Rusia. Jadi, itu mungkin pilihan yang memungkinkan untuk membawaku pulang,” kata veteran perang di Irak ini.

Drueke menghargai jika pemerintah AS memilih opsi apapun untuk mewujudkan keinginannya kembali pulang ke Alabama.

“Saya telah diizinkan untuk menghubungi pejabat pemerintah AS selama penahanan saya dan saya belum mendapat jawaban konkret tentang langkah apa yang mereka ambil untuk mengamankan pembebasan saya,” katanya.

“Jika ada, tetapi saya akan sekali lagi meminta agar pemerintah AS melakukan segala yang mereka bisa untuk mencoba membebaskan saya,” kata Drueke.

Pernah Turut Berperang di Irak 

Alexander Drueke lahir 1982, adalah penduduk asli Tuscaloosa, Alabama. Ia memiliki pendidikan tinggi di bidang manajemen.

Masuk jadi tentara cadangan Angkatan Darat AS, Drueke mengambil bagian dalam operasi militer ke Irak lewat divisi transportasi 942.

Dia bertugas langsung di zona pertempuran di Irak selama beberapa tahun. Pada saat itu ia berpangkat sersan di Angkatan Darat AS.

Ia telah naik pangkat, dan selama bertugas di Irak, Drueke dianugerahi beberapa kali oleh Amerika Serikat, dan juga mendapat pensiun khusus seumur hidup.

Hingga awal 2022, ia diduga bekerja sebagai salesman di berbagai perusahaan di Amerika Serikat.

Pada Februari 2022, dipengaruhi oleh propaganda anti-Rusia AS, ia memutuskan untuk mengambil bagian dalam operasi militer di Ukraina di pihak Kiev.

Memiliki kapasitas keuangan yang cukup, ia membeli peralatan militer dengan biaya sendiri, termasuk helm, pelindung tubuh, sepatu bot taktis, dan lain-lain.

Pada 15 April 2022, ia tiba di wilayah Ukraina. Dia melintasi perbatasan tanpa hambatan, memberi tahu penjaga perbatasan dia memasuki Ukraina dengan “tujuan membantu rakyat Ukraina.”

Kemudian Alexander Drueke menghubungi perwakilan dari apa yang disebut Legiun Asing Ukraina melalui internet.

Dia diberitahu harus tiba di stasiun kereta api Yavoriv di wilayah Lviv, di mana tempat pelatihan militer terkenal yang digunakan untuk pembentukan dan koordinasi tempur tentara bayaran asing berada.

Setelah tiba di Yavoriv, ​​Drueke menandatangani kontrak dengan Legiun Asing Ukraina untuk ditugaskan di lapangan.

Dia terdaftar di unit yang hanya mencakup orang asing. Sebagian besar rekan-rekannya tidak memiliki pengalaman militer, yang kemudian menyebabkan kurangnya disiplin militer yang tepat di unit tersebut.

Pelatihan unit dipercayakan kepada para pejuang itu sendiri. Di kamp pelatihan, Alexander Drueke menjalin persahabatan dengan tiga tentara bayaran lainnya dari AS.

Dalam seminggu, dia dan teman-temannya kecewa dengan sistem pelatihan unit dan komando mereka.

Mereka percaya Legiun Asing Ukraina adalah unit yang besar dan profesional tetapi bayangan mereka menyimpang dari kenyataan.

Akibatnya, mereka melanggar kontrak mereka dan meninggalkan Legiun Asing pada akhir April 2022.

Melalui kontak pribadi mereka di Ukraina, mereka menemukan unit lain dari Angkatan Bersenjata Ukraina yang terletak di kota Rivne.

Mereka menandatangani kontrak baru dengan unit ini. Mereka diberi senjata pribadi (AK-74, kaliber 5,45 x 39), yang dipelajari Alexander dari video di YouTube.

Layanan di unit kedua diduga juga tidak sesuai dengan Alexander dan kedua temannya.

Kelompok tentara bayaran mencoba menemukan unit profesional lain di mana keterampilan tempur mereka dapat diterapkan sepenuhnya.

Mereka melakukannya dalam sebulan. Pada awal Juni 2022, tentara bayaran diundang ke kelompok sabotase dan pengintaian orang asing, yang beroperasi ke arah Kharkiv.

Mereka tiba di Kharkiv pada 8 Juni 2022, bertemu warga Jerman dan Prancis yang tergabung dalam tim pasukan taktis "Baguette".

Kelompok Baguette terdiri dari sekitar 12 personel militer, di mana sekitar setengahnya adalah warga negara Prancis, mantan atau prajurit aktif Legiun Asing Prancis atau unit lain dari Kementerian Pertahanan dan Angkatan Bersenjata Prancis.

Kecuali Alexander Drueke dan dua temannya, ada 3 warga AS lainnya dalam kelompok itu.

Setibanya di lokasi rombongan, masing-masing diberikan senapan serbu CZ807, 7 magasin 30 butir peluru dan satu granat tangan.

Mitra Aleksander juga diberikan RPG-7 dengan satu granat untuk peluncur, dan Alexander diberikan dua granat lagi untuk RPG-7.

Sebelumnya, selama dinas jangka pendek mereka di Legiun Asing Ukraina, mereka dilatih dalam menangani senjata-senjata ini.

Tangkapan layar ini diperoleh dari video selebaran yang diambil pada 17 Mei 2022 dan dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 18 Mei 2022, menunjukkan anggota layanan Ukraina saat mereka digeledah oleh personel militer pro-Rusia setelah meninggalkan pabrik baja Azovstal yang terkepung di Ukraina. kota pelabuhan Mariupol.
Tangkapan layar ini diperoleh dari video selebaran yang diambil pada 17 Mei 2022 dan dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 18 Mei 2022, menunjukkan anggota layanan Ukraina saat mereka digeledah oleh personel militer pro-Rusia setelah meninggalkan pabrik baja Azovstal yang terkepung di Ukraina. kota pelabuhan Mariupol. (Selebaran / Kementerian Pertahanan Rusia / AFP)

Tertangkap Pasukan Rusia di Kharkof

Pada malam hari tanggal 8 Juni 2022 diadakan briefing. Mereka diberitahu keesokan harinya mereka harus pindah ke posisi tempur untuk operasi pengintaian.

Pada tanggal 9 Juni 2022, kelompok 8 tentara asing, disertai oleh tentara Angkatan Bersenjata Ukraina, berangkat dalam misi.

Orang asing ditugaskan untuk melakukan pengintaian menggunakan UAV. Jika berhasil medeteksi sasaran, mereka diperintah menghancurkan peralatan militer mereka.

Selama operasi, mitra Drueke mendeteksi tank Rusia, yang kemudian ditembak menggunakan RPG-7-nya.

Tentara Rusia melepaskan tembakan dengan senjata kecil ke posisi tentara bayaran asing. Alexander dan rekannya mundur ke hutan, di mana mereka bersembunyi selama beberapa jam sampai pertempuran mereda.

Setelah itu, mereka memutuskan untuk menggali RPG-7 mereka dan dua granat yang tersisa. Dengan bersenjata, mereka pindah ke sisi tempat mobil-mobil yang mereka parkir.

Namun, hanya satu dari tiga mobil yang tersisa. Satu itu sudah diperiksa tentara Rusia di area tersebut.

Alexander dan rekannya mencoba meninggalkan medan perang sendiri dan pergi ke arah lokasi kelompok mereka.

Tidak memiliki peta dan tidak mengetahui daerah tersebut, mereka mengembara selama 6 jam.

Mereka tiba di permukiman yang berada di bawah kendali militer Rusia, tempat mereka kemudian ditangkap.

Otoritas Republik Donetsk pada 15 Juli mebgumumkan kematian warga negara asing yang ditahan di wilayah DPR.

Dia warga negara Inggris, Paul Urey, yang lahir pada 1977. Urey menderita berbagai penyakit, termasuk Diabetes Tipe 1, serta penyakit ginjal dan paru-paru yang parah.

Paul Urey meninggal tiba-tiba karena gangguan jantung. Menurut perwakilan resmi DPR, Paul diberikan semua kemungkinan perawatan medis, termasuk insulin.

Paul juga diberi kesempatan untuk menelepon kerabatnya dan organisasi mana pun yang dianggap pantas untuk dihubungi guna mempercepat pembebasannya atau yang dapat memberinya obat-obatan khusus tambahan yang mahal.

Tim Southfront.org menghubungi perwakilan resmi DPR agar memberikan informasi tentang nasib warga negara asing lainnya yang dipenjara di republic itu.

Southfront.org meminta rincian tentang kondisi penahanan mereka, status kesehatan dan status hukum mereka.

Balasan dari DPR, mereka siap memberikan informasi yang diminta tentang tahanan asing.

Southfront.org menerima rekaman video dan latar belakang beberapa tentara bayaran asing yang ditangkap, dan mempublikasikannya satu demi satu.(Tribunnews.com/Southfront.org/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas