Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ditunjuk Jadi Presiden Baru Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe Langsung Ditolak Massa, Simak Profilnya

Warga Sri Lanka menolak terpilihnya Ranil Wickremesinghe, politisi veteran Sri Lanka yang pernah menjabat sebagai perdana menteri enam kali.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
zoom-in Ditunjuk Jadi Presiden Baru Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe Langsung Ditolak Massa, Simak Profilnya
AFP
Presiden Sri Lanka yang baru terpilih Ranil Wickremesinghe berbicara kepada perwakilan media selama kunjungannya di kuil Buddha Gangaramaya di Kolombo pada 20 Juli 2022. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO - Para pengunjuk rasa anti-pemerintah telah turun ke jalan-jalan di ibu kota Sri Lanka, Kolombo. Aksi unjuk rasa semakin memanas setelah parlemen Sri Lanka memilih Ranil Wickremesinghe sebagai presiden baru negara itu.

Para pemimpin protes ini menolak terpilihnya Ranil Wickremesinghe, politisi veteran Sri Lanka yang pernah menjabat sebagai perdana menteri sebanyak enam kali.

Para pengunjuk rasa menganggap Ranil Wickremesinghe ikut bertanggung jawab terhadap krisis ekonomi dan politik yang terjadi di Sri Lanka.

Baca juga: PM Wickremesinghe Sah Jadi Presiden Baru Sri Lanka

“Seperti yang Anda ketahui, parlemen memilih presiden baru hari ini, tetapi presiden itu bukan orang baru bagi kami, itu bukan mandat rakyat,” kata pemimpin Federasi Mahasiswa Antar Universitas, Wasantha Mudalige di hadapan banyak orang.

Wasantha Mudalige menegaskan pengunjuk rasa menolak Ranil Wickremesinghe berkuasa di negara dengan populasi 21,92 juta jiwa ini.

“Kami berhasil mendepak Gotabaya Rajapaksa yang memperoleh 6,9 juta suara, tetapi Ranil Wickremesinghe kini telah mengamankan kursi itu dari kursi belakang. Ranil bukan presiden kita ... mandat rakyat ada di jalanan." ujar Mudalige, yang dikutip dari Aljazeera.

Para pengunjuk rasa juga menuduh presiden baru Sri Lanka ini membuat kesepakatan dengan keluarga Rajapaksa untuk mengalahkan saingan politiknya. Mantan Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, menunjuk kembali Wickremesinghe menjadi perdana menteri pada Mei lalu.

BERITA REKOMENDASI

Kemudian pada bulan ini, Gotabaya Rajapaksa meninggalkan Sri Lanka, dan posisinya digantikan oleh Wickremesinghe, menambah kemarahan pengunjuk rasa yang ingin elit penguasa negara ini pergi.

Pada protes pekan lalu, pengunjuk rasa membakar kediaman pribadi Wickremesinghe dan menduduki kantornya.

Baca juga: PM Wickremesinghe Sah Jadi Presiden Baru Sri Lanka

Sementara pada protes Rabu (20/7/2022) kemarin, pembicara demi pembicara, termasuk biksu Budha, pendeta Katolik, mahasiswa dan seniman, menolak untuk mendukung presiden baru Sri Lanka yang dipilih parlemen.

“Ranil Wickremesinghe harus tahu bahwa jutaan orang di jalanan jauh lebih besar dari 134 orang,” kata seniman Jagath Manuwarna, merujuk pada 134 anggota parlemen yang memilih Wickremesinghe.

Suara petasan dari perayaan minggu lalu yang terdengar di beberapa bagian negara itu setelah Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri, saat ini sudah tidak terdengar. Hanya puluhan pendukung Wickremesinghe yang terlihat merayakan kemenangannya di jalan-jalan Sri Lanka.

Sementara saingan utama Wickremesinghe, Dullas Alahapperuma, juga tidak berhasil mengesankan pengunjuk rasa. Alahapperuma dianggap kurang berpengalaman dalam pemerintahan negara itu, yang sedang dililit utang dan sangat membutuhkan dana talangan dari Dana Moneter Internasional (IMF).

Wickremesinghe dijadwalkan untuk mengambil sumpah sebagai presiden Sri Lanka hari ini, Kamis (21/7/2022). Masa jabatannya akan berlangsung hingga tahun 2024.

Setelah ia menjadi presiden, jabatan perdana menteri akan kosong dan kabinet menteri dibubarkan. Wickremesinghe juga akan mengundurkan diri sebagai anggota parlemen.

Wickremesinghe harus menemukan kandidat yang cocok untuk mengisi kursi perdana menteri dalam pemerintahan baru.

Baca juga: Sri Lanka Berlakukan Keadaan Darurat Jelang Pemilihan Presiden

Sementara protes di Sri Lanka telah berjalan selama berminggu-minggu, menyusul krisis ekonomi yang terjadi di negara itu, yang membawa Sri Lanka ke dalam kebangkrutan dan kesulitan memenuhi kebutuhan pangan, bahan bakar dan obat-obatan.

Lebih Licik

Seorang pengunjuk rasa terkemuka, Melani Gunathilake mengatakan gerakan protes yang dipimpin pemuda saat ini sedang menyusun kembali strategi, setelah merasa dikhianati parlemen.

“Kami tahu betul bahwa Ranil Wickremesinghe tidak sama dengan Gotabaya Rajapaksa. Dia adalah orang yang lebih licik,” kata Gunathilake.

Namun seorang analis yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan unjuk rasa mungkin tidak akan terus berlanjut, karena banyak demonstran di Kolombo dan daerah kota lainnya adalah kelas menengah, sehingga kecil kemungkinan protes akan berlanjut jika situasi membaik di bawah kepemimpinan Wickremesinghe.

Pada hari Rabu kemarin, Wickremesinghe meminta lawan politiknya untuk mengesampingkan perpecahan dan bekerja sama untuk mengatasi kekurangan pangan, bahan bakar, dan obat-obatan yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan.

“Sekarang setelah pemilihan selesai, kita harus mengakhiri perpecahan ini,” katanya.

Anggota parlemen Sri Lanka Harin Fernando mengisyaratkan, Wickremesinghe akan mencoba membentuk pemerintahan nasional bersama dengan banyak partai lain.

Pemimpin protes yang telah berkampanye untuk keadilan korban serangan Minggu Paskah 2019, Shehan Malaka Gamage, mengatakan Wickremesinghe kemungkinan akan memberikan konsesi kepada pengunjuk rasa karena ia tidak memiliki basis yang kuat.

“Jika para pengunjuk rasa dapat menantang Rajapaksa yang sangat berkuasa, dia tahu tidak sulit bagi massa untuk bangkit melawannya. Dia tahu dia tidak dipilih oleh rakyat. Ini bukan zona nyamannya. Dan saya tidak menganggap ini sebagai kekalahan dalam perjuangan kita. Kami telah memenangkan perjuangan kami.” ujarnya.

Dia menambahkan, jika Wickremesinghe memberikan reformasi dan bantuan kepada massa, Wickremesinghe dapat meredam kerusuhan.

“Opsi kami selanjutnya (untuk menyingkirkannya) adalah pemilihan berikutnya,” ungkap Gamage.

Profil Ranil Wickremesinghe, Presiden Baru Sri Lanka yang Pernah 6 Kali Jadi PM

Parlemen Sri Lanka telah memilih politisi veteran dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe sebagai presiden baru di negara kepulauan itu.

Wickremesinghe mendapat 134 suara, mengalahkan saingan utamanya Dullas Alahapperuma yang menerima 82 suara dalam pemilihan presiden oleh 225 anggota parlemen Sri Lanka pada hari ini, Rabu (20/7/2022).

Sementara kandidat ketiga, Anura Kumara Dissanayake hanya memperoleh tiga suara.

“Saya berterima kasih kepada parlemen atas kehormatan ini,” kata pria berusia 73 tahun itu setelah diumumkan sebagai pemenang pemilihan suara Presiden Sri Lanka, yang dikutip dari Aljazeera.com.

Sebelumnya, Ranil Wickremesinghe pernah menduduki kursi jabatan Perdana Menteri Sri Lanka sebanyak enam kali.

Pada bulan Mei, ia diangkat kembali menjadi perdana menteri, setelah dicopot pada tahun 2019, menggantikan Mahinda Rajapaksa yang mengundurkan diri saat memanasnya krisis ekonomi di negara itu.

Pria kelahiran 24 Maret 1949 ini, pernah mengikuti pemilihan presiden sebanyak dua kali, namun gagal terpilih. Kini ia resmi menjabat sebagai Presiden Sri Lanka menggantikan Gotabaya Rajapaksa yang mengundurkan diri minggu lalu.

Wickremesinghe lahir dari keluarga politisi dan pengusaha terkemuka yang memiliki usaha di bidang media. Ayahnya, Esmond Wickremesinghe adalah seorang pengacara yang mengambil alih surat kabar Lake House Group.

Mengikuti jejak sang ayah, ia mendaftar ke Fakultas Hukum Universitas Ceylon, yang sekarang menjadi Universitas Colombo. Setelah lulus, ia menyelesaikan ujian hukum di Ceylon Law College dan mengambil sumpah sebagai advokat pada tahun 1972.

Karier politiknya bermula saat ia bergabung dengan Partai Persatuan Nasional (UNP) pada tahun 1970-an. Wickremesinghe masuk ke parlemen Sri Lanka saat ia memenangkan pemilihan parlemen pada tahun 1977.

Kemudian Wickremesinghe diangkat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri di pemerintahan baru Presiden Junius Jayewardene, dan segera dipromosikan sebagai Menteri Urusan Pemuda dan Ketenagakerjaan pada 5 Oktober 1977 saat usianya baru menginjak 29 tahun, menjadikannya sebagai menteri kabinet termuda di Sri Lanka.

Jabatan perdana menteri pertamanya ia dapatkan pada 7 Mei 1993, setelah Presiden Ranasinghe Premadasa meninggal dunia dalam insiden pembunuhan dan Perdana Menteri DB Wijetunga diangkat sebagai presiden.

Dalam masa jabatan ini, Wickremesinghe dipuji karena dinilai mampu mendorong perekonomian Sri Lanka melalui transformasi ekonomi yang mengesankan. Ia menyelesaikan masa jabatannya sebagai perdana menteri pada tahun 1994.

Karier politik Wickramasinghe berlanjut menjadi pemimpin UNP pada tahun 1994 setelah pembunuhan menyapu bersih beberapa anggota partai yang lebih senior.

Setelah gagal membawa partainya dalam pemilihan parlemen tahun 2000, Wickramasinghe berhasil memimpin partainya untuk mendapat 109 kursi dalam pemilihan umum parlemen tahun 2001. Ia kemudian dilantik menjadi Perdana Menteri ke-17, jabatan keduanya sebagai perdana menteri, pada 9 Desember 2001.

Selama masa jabatan keduanya ini, ia mengusulkan proyek "Megapolis Wilayah Barat", suatu proyek untuk membangun kota baru yang besar untuk menyaingi kota-kota besar di dunia. Namun proyek ini tidak dilanjutkan setelah pemerintahannya jatuh.

Kebijakan luar negeri Wickramasinghe dalam masa jabatan keduanya ini dikenal telah meningkatkan hubungan dengan pihak Barat, yang diharapkan dapat membantu Sri Lanka mengatasi krisis ekonomi.

Sayangnya dalam pemilihan parlemen tahun 2004, Wickramasinghe kehilangan jabatan pemerintahannya. Hal ini membuat proyek-proyek yang direncanakan harus dihentikan. Dia tetap menjabat sebagai pemimpin UNP hingga 2015.

Di tahun 2015, ia dilantik oleh Presiden Maithripala Sirisena sebagai Perdana Menteri. Pada pada 26 Oktober 2018, Sirisena menunjuk Mahinda Rajapaksa sebagai Perdana Menteri dan mencopot Wickremesinghe. Wickremesinghe menolak pencopotannya ini dan menyebutnya sebagai tindak inkonstitusional, yang memicu krisis konstitusional.

Setelah putusan Mahkamah Agung dan Pengadilan Banding, Rajapaksa akhirnya mundur dari posisinya sebagai perdana menteri, dan Wickremesinghe diangkat kembali pada 16 Desember 2018.

Jabatannya ini bertahan hingga 21 November 2019, dan digantikan kembali oleh Mahinda Rajapaksa, saudara laki-laki Gotabaya Rajapaksa.

Pada Mei 2022, saat Sri Lanka mengalami default dan menghadapi hiperinflasi, Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri dari posisinya sebagai perdana menteri akibat protes keras dari masyarakat Sri Lanka. Presiden Gotabaya Rajapaksa kemudian menunjuk Wickremesinghe menjadi perdana menteri.

Pengangkatannya saat itu disambut baik oleh beberapa orang, karena Wickremesinghe bukan berasal dari dinasti Rajapaksa yang saat itu berkuasa dan dikenal sebagai simbol kekacauan sosial.

Pada 9 Juli lalu, ia mengumumkan siap mengundurkan diri dari jabatannya sebagai perdana menteri saat aksi unjuk rasa semakin memanas. Pada malam harinya, pengunjuk rasa memasuki kediaman pribadinya dan membakarnya.

Saat Presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri ke Maladewa pada 13 Juli, Wickremesinghe memberlakukan keadaan darurat di Sri Lanka. Setelah Rajapaksa mengundurkan diri secara resmi, Wickremesinghe baru dilantik sebagai presiden sementara pada 15 Juli lalu.

Hingga akhirnya ia terpilih sebagai Presiden Sri Lanka ke-9 dalam pemungutan suara rahasia yang diadakan hari ini, untuk menjalani sisa masa jabatan Rajapaksa yang berakhir pada November 2024.

Ranil Wickremesinghe dikenal jarang membicarakan kehidupan pribadinya. Pria kelahiran Kolombo ini diketahui menikah dengan dengan seorang akademisi Sri Lanka dan Profesor Bahasa Inggris di Universitas Kelaniya, Maithree Wickramasinghe pada tahun 1995.

Istrinya, Maithree Wickramasinghe, memiliki kiprah lebih dari 25 tahun dalam merumuskan kebijakan kesetaraan gender dan mengevaluasi program perempuan dan gender untuk organisasi lokal dan internasional. Saat ini, Maithree Wickramasinghe menjadi ibu negara Sri Lanka pertama dengan gelar Ph.D.

Selama Ranil Wickramasinghe menjabat sebagai perdana menteri, ia telah membangun hubungan dengan India dan China, investor dan pemberi pinjaman utama yang bersaing untuk mendapat pengaruh di Sri Lanka, karena Kolombo terletak di sepanjang rute pelayaran yang menghubungkan Asia dan Eropa.

Beberapa analis mengatakan Wickramasinghe adalah seorang politisi yang cerdik dan pembuat kesepakatan yang cerdas.

Namun Wickramasinghe tidak dapat lepas dari gelombang kerusuhan yang melanda Sri Lanka, bahkan saat dia tidak memiliki hubungan dengan Dinasti Rajapaksa yang telah berkuasa selama 20 tahun terakhir.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas